Semua penghuni kelas dibuat panik saat melihat dari jendela, guru fisika sedang berjalan menuju kelas. Tidak ada satupun dari mereka yang belajar, menurut mereka lebih baik bekerja sama dari pada mengerjakan sendiri. Terlalu fokus menyiapkan kertas jawaban, sampai tidak menyadari jika guru fisika tidak berjalan seorang diri.
"Seperti yang kalian lihat, sekarang kita kedatangan murid baru bernama Tama. Ibu berharap, kalian berperilaku dengan baik terhadap Tama. Ingat pesan Ibu, memanusikan manusia sangat penting, percuma saja memikili harta dan berwawasan luas jika tidak bisa memanusiakan manusia."
Siswa-siswi kelas berteriak heboh mendengar penuturan Ibu Hani, tidak diragukan lagi Ibu Hani adalah guru yang sangat mementing sikap dari pada kepintaran seseorang.
"Ibu, Tama duduk sama Kian saja," teriak Kian sambil melambaikan tangan agar terlihat Ibu Hani, ia sangat bersemangat.
"Baik, Ibu percaya pada Kian."
Secepat kilat Kian berlari menghampiri Tama, ia mengajak berkenalan sambil memdorong kursi roda Tama menuju tempat duduk di sampingnya. Kian memang siswa yang miliki energi positif, ia sangat bersemangat berteman dengan orang baru tanpa membedakan.
"Ujian tetap dilaksanakan. Jika Tama kesusahan, bisa bertanya dengan Hinan."
Ibu Hani mulai membagikan soal ujian dengan memberikan waktu pengerjaan selama 30 menit. Sumpah serapah terucap dalam hati, ujian hitungan sebanyak 10 soal harus dikerjakan dalam waktu 30 menit.
"Tama, kalau kesusahan kasih tau Aku," bisik Kian.
Tama tersentuh dengan perlakuan lembut Kian. Jarang sekali ada orang yang mau berteman dengan Tama, apa lagi dengan keterbatasan yang ia miliki. Tama berharap, hal baik akan selalu menyertainya. Sudah cukup lelah ia rasakan, semoga Tuhan mau mengabulkan harapannya.
***