Sekalipun jiwa itu satu, tapi kemampuannya itu terbagi tiga yaitu kemampuan mengindra (sensation), kemampuan berpikir (reason), dan nafsu (appetite) yang mencakup kemauan atau berkehendak atau berkeinginan. Sedikit berbeda dengan Augustinus tentang kegiatan pokok jiwa (dalam teori the cosmic trinity).
Meski pendapatnya itu sama dengan Plato dan Augustinus tentang jiwa itu immaterial, tapi cara pembuktiannya itu berbeda, menurut Aquinas bukti yang menunjukkan bahwa jiwa itu immaterial adalah karena ia mampu memikirkan objek-objek immaterial pula serta memiliki kemampuan untuk memikirkan hal-hal yang bersifat universal.
Kedudukan jiwa dalam badan itu hanya ketergantungan yang bersifat ekstrinsik, konsekuensinya adalah Aqunas harus mempertahankan bahwa jiwa Immortal (abadi), argumentasi yang digunakan dalam menyimpulkan bahwa jiwa itu tidak dapat rusak adalah ; penyebab kerusakan itu ada dua, dari dalam (dirinya sendiri) dan dari luar, (1) jiwa adalah form, artinya memberi kehidupan pada matter (raga) yang lantas mengaktual, pemberi kehidupan tidak boleh rusak karena dirinya sendiri jadi itu tidak mungkin, ketika raga rusak maka jiwa akan memisahkan diri.(2) sebab dari luar adalah karena jasad, karena jasad lebih rendah dari dari jiwa, ia mendapatkan form dari jiwa agar bisa mengaktual, maka ketika ia rusak ia tidak mungkin memberi pengaruh (merusak) kepada jiwa.
Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir Prof, Dr, Filsafat Ilmu, Bandung : Rosda Karya (2003), cetakan kedua belas.
Frederick Mayer, A History of Ancient & Medieval Philosophy, New York : American Book Company (1950).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H