Teori jiwa bahwa ia Immaterial (sama dengan Plato) dibuktikan oleh Augustinus dengan mengatakan bahwa jiwa itu ada di dalam tubuh/badan dan ada dimana-mana di waktu yang bersamaan, jika jiwa itu material ia hanya akan terikat dengan tempat tertentu dan dalam satu badan saja.
Jiwa --menurut Augustinus- memiliki tiga kegiatan pokok yaitu mengingat, mengerti, dan berkehendak (mau), oleh karenanya ia memiliki atau menggambarkan ketritunggalan alam (the cosmic trinity).
Augustinus menolak pandangan Neo-Platonisme bahwa dunia jiwa atau dunia roh itu ada (exist). Menurutnya yang ada itu jiwa yang individual yang terdapat dalam tubuh yang berada dimana-mana, jika tubuh tidak ada maka jiwa pun tidak ada, meski demikian Augustinus menyatakan bahwa Jiwa tidak bergantung pada badan, sebab ketika seseorang mati maka badannya akan binasa sedangkan jiwanya tidak.
Selain itu, Augustinus juga menolak pandangan Plato bahwa Jiwa sudah ada sejak Praeksistensi (sebelum lahir atau dalam kandungan) dan menolak pandangan Plotinus tentang penciptaan jiwa itu dengan emanasi (memancar atau berupa pancaran), menurutnya jiwa tercipta memang secara alamiah dan bentuk kewajaran menempati sebuah tubuh/badan tertentu.
Ia ingin menegaskan bahwa jiwa itu lebih tinggi dan lebih hakikat daripada badan. Reinkarnasi juga pandangan yang tidak dapat diterima oleh Augustinus, argumentasi yang ia gunakan adalah reason (pikir) dan soul (jiwa) itu bersatu, karena pikiran itu abadi maka jiwa pun sama, pikiran bersatu dengan kebenaran jadi kebenaran itu abadi, jiwa itu sesuatau yang pokok atau utama bagi kelangsungan hidup badan, bertangung jawab mengatur fungsi badan, bila badan rusak jiwa tidak ikut bersama badan, jiwa tetap abadi.
- Anselmus
Credo ut Intelligam, merupakan istilah terkenal abad pertengahan yang diungkapkan oleh Saint Anselmus, ungkapan ini menggambarkan bahwa ia mendahulukan iman daripada akal atau wahyu harus diterima lebih dahulu sebelum memulai berfikir menggunakan akal pikiran, secara tekstual bermakna percaya agar mengerti (believe in order to understand) atau secara sederhana berarti percayalah lebih dahulu supaya mengerti.
Jadi pandangan anselmus tentang jiwa pun itu terpengaruh dengan ajaran agama saat itu (kristen) yang bersifat dogmatis dan doktrinisasi. Contohnya adalah jiwa yang berdosa dan dosa warisan dalam konsep kristen, sejak awal dosa warisan itu memang sudah ada dan terwaris ke jiwa-jiwa baru yang menjadi keturunannya, argumen ini harus dipercayai lebih dahulu baru kemudian akan mengerti dan memahami, mungkin untuk menguatkan konsep itu atau untuk melemahkannya.
Hal ini sangat bertentangan dengan sifat filsafat rasionalisme yang mengedepankan pemahaman atau pengertian, setelah itu barulah diterima atau diimani, tapi masih ada kemungkinan tidak diterima atau diimani jika tak rasional.
- Thomas Aquinas
Teori Aquinas tentang jiwa amatlah sederhana, menurutnya jiwa dan raga itu memiliki hubungan yang pasti dimana raga menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form, yakni prinsip-prinsi hidup yang aktual. Kesatuan antar dua hal itu bukan terjadi karena kebetulan, akan tetapi itu diperlukan untuk terwujudnya kesempurnaan manusia.
Jiwa --dalam pengertian Aquinas- ialah kapasitas intelektual (pikiran) dan kegiatan vital kejiwaan, oleh karena itu disimpulkan darinya manusia adalah makhluk berakal dan konsekuensinya adalah jiwa harus membimbing raga karena ia lebih tinggi daripada raga. Akan tetapi --berlawanan dengan Augustinus- Jiwa itu bergantung kepada raga, sebab kegiatan yang dilakukan oleh tubuh itu mempengaruhi jiwa yang terdapat di dalamnya.
Aquinas membagi jiwa ke dalam tiga tipe ; (a) jiwa vegetatif yang hanya mengatur tumbuhan, (b) jiwa sensitif yang hanya mengatur kehidupan hewan, (c) dan jiwa rasional yang mengatur kehidupan manusia, jiwa yang rasional inilah --yang menurut Aquinas- yang merupakan manifestasi kehidupan yang tertinggi serta menyuguhkan supremasi intelek di atas benda (tumbuhan) dan hewan atau binatang ,secara ekplisit terlihat mirip dengan teori Aristoteles.