Jika ditelisik lebih dalam lagi sekitar 70% kasus HIV di Filipina terjadi pada laki laki yang berhubungan sex dengan laki laki dan yang lebih mengkhawatirkan sekitar 75% diantaranya belum pernah melakukan tes HIV.
Dalam kondisi seperti ini sudah dapat dipastikan angka kasus baru HIV yang sebenarnya di Filipina ini jauh lebih besar dibandingkan dengan angka yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Dalam kasus ini pemerintah Filipina memang mengalami kesulitan karena umumnya orang enggan melakukan tes HIV karena adanya rasa ketakutan dipermalukan, distigmatisasi, atau didiskriminasi jika nantinya terbukti positif yang dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang tinggal di pedesaan.
Faktor lain yang juga menjadi pemicu peningkatan HIV yang sangat tajam ini adalah masih dianggapnya tabu membicarakan sex, sehingga tidak heran jika maraknya kasus sex bebas ditutupi keluarga dan tidak muncul ke permukaan.
Disamping itu jika seseorang terjangkit HIV dianggap sebagai dosa dan orang tersebut tidak bermoral.
Kekhawatiran akan meningkatnya kasus HIV ini membuat berbagai pihak termasuk LSM bahu membahu mencoba mengatasi pandemi ini.
Menurut catatan pemerintah Filipina saat ini orang yang mengidap HIV yang menjalani pengobatan mencapai 14.000 orang.
Di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia generasi Z yang berkualitas memang menjadi tumpuan masa depan untuk membangun negara ke arah yang lebih baik.
Namun melonjaknya HIV di kalangan generasi Z tentunya harus menjadi perhatian khusus karena tampaknya fenomena seperti ini juga terjadi di negara lain hanya saja tidak terdeteksi dengan baik atau memang sengaja ditutupi kasusnya.
Semoga apa yang terjadi di Filipina ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua dan tentunya bagi pemerintah Indonesia untuk membangun generasi yang sehat dan berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H