Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Api Rasisme Perancis yang Tak Kunjung Padam

1 Juli 2023   18:10 Diperbarui: 2 Juli 2023   07:50 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan yang sedang melanda Perancis mencerminkan masalah akutnya rasisme. Photo: Aurelien Morissard/AP 

Bara api dalam sekam yang bernama rasisme ini kini mengobarkan api kerusuhan di hampir penjuru Perancis akibat seorang pemuda non kulit putih Perancis yang berumur 17 tahun "dibunuh" oleh polisi Perancis hanya karena peristiwa pelanggaran lalu lintas.

Salah satu kebohongan pihak polisi yang berusaha ditutupi adalah pernyataan bahwa Nahel pemuda keturunan Aljazair ini membahayakan nyawa polisi karena ingin menabrakkan mobilnya  ke polisi.

Namun rekaman video amatir yang beredar sesaat setelah kematian Nahel ini menjungkirbalikkan pernyataan pihak kepolisian Perancis.

Video tersebut memperlihatkan kebrutalan polisi yang menangani kasus sepele ini dengan menodongkan senjata dan mengancam Nahel yang mengendarai mobil berwarna kuning dan selanjutnya mengeksekusinya dengan menembak kepalanya saat pemuda ini ditarik keluar dari mobil yang dikendarainya.

Video ini juga sekaligus membantah pernyataan yang memperlihatkan bahwa pemuda ini mengancam nyawa polisi karena memang tidak ada polisi yang berdiri di depan mobil saat mobil berhasil diberhentikan.

Berakhirnya hidup Nahel yang merupakan anak satu satunya dari seorang ibu single parent secara tragis ini memicu kerusuhan besar besaran di hampir seluruh wilayah Perancis.

Pertanyaan yang paling mendasar apa sebenarnya yang melatar belakangi kebrutalan polisi Perancis ini?

Dalam sejarahnya Perancis memang tidak pernah terlepas dari tindakan rasisme, kekejaman dan penindasan utamanya di era kolonial.

Jika kita dalami lagi sejarah maka kita akan menemukan fakta bahwa Aljazair yang merupakan salah satu negara jajahan Perancis yang memiliki sejarah panjang penindasan dan kekejaman yang dilakukan Perancis.

Prancis menjajah Aljazair pada awal 1800-an dan dalam perjalanannya membentuk pemerintahan di negara ini Perancis tidak lepas dari kekerasan dan pembunuhan massal.

Puncaknya di jaman revolusi kemerdekaan Aljazair di era tahun 1954-1962 diperkirakan ratusan ribu warga Aljazair terbunuh demi memperjuangkan kemerdekaan melawan Perancis.

Bahkan pasca kolonialisasi pun warga negara Perancis non kulit putih keturunan bekas jajahannya pun diperlakukan sebagai warga negara kelas bawah.

Sebagai contoh banyak warga keturunan Vietnam yang merupakan bekas jajahan Perancis telah mapan dan sukses di Perancis, namun tetap saja mereka masih diperlakukan sebagai warga kelas dua. Demikian juga warga negara Perancis keturuan Arab dan kulit hitam disamping mengalami diskriminasi rasial, juga terdampak islamophobia.

Semboyan Perancis "libert, egalit et fraternit" yang bermakna kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan tampaknya hanya berlaku pada warga Perancis kulit putih saja.

Kerusuhan yang menimpa Perancis bukan hanya terjadi kali ini saja, namun tampaknya sudah berulang kali.

Sebagai contoh di tahun 1961 ketika menghadapi protes damai warga Perancis kuturuan Arab, diperkirakan ada lebih dari 100 orang Arab Perancis yang terbunuh.

Di samping itu ada sejumlah  rentetan kerusuhan rasial yang menimpa Perancis termasuk ketika seorang remaja putri berusia 15 tahun yang bernama Fatima terbunuh.

Jadi kerusuhan yang terjadi saat ini yang melanda hampir semua wilayah di Perancis bukanlah sesuatu yang baru, karena utamanya diakibatkan oleh perlakuan rasisme dan ketidak adilan yang menimpa warga Perancis non kulit putih yang umumnya hidap di bawah standar.

Namun apa yang terjadi di lapangan berbagai kejadian dan rasisme di Perancis ini tampaknya selalu dututup tutupi dan dibantah oleh pemerintah Perancis bukanlah sebagai tindakan yang terkait rasisme.

Sama halnya yang terjadi di Amerika Serikat, pihak kepolisian Perancis pun mempertontonkan bias rasial dengan seringkali sengaja menargetkan warga Arab dan warga kulit hitam karena statistik menunjukkan bahwa warga non kulit putih ini peluangnya sangat besar menjadi target khusus polisi dalam menjalankan tugasnya.

Diskriminasi polisi Perancis terhadap warga keturunan Arab dan kulit hitam ini sudah menjadi catatan Komisi Eropa Melawan Rasisme dan Intoleransi.

Kematian Nahel yang berakibat kerusuhan yang melanda Perancis saat ini memperpanjang deretan catatan rasisme dan ketidakadilan yang dialami oleh warga non kulit putih.

Meluasnya kerusuhan ini bukanlah peristiwa yang terisolasi, namun mencerminkan akar permasalahan rasime yang sampai saat ini belum terpecahkan di Perancis.

Di era moderen kolonialisme terselubung yang terjadi di Perancis ini seolah menegaskan kembali betapa mengakarnya kolonialisme dan white supremacy.

Walaupun telah banyak terjadi kawin campuran antara warga kulit putih Perancis dengan warga Arab ataupun kulit hitam Perancis, namun tetap saja praktek rasisme belum menunjukkan tanda tanda mereda.

Kerusuhan di Perancis ini mengingatkan salah satu teman saya mahasiswi warga Perancis kulit putih yang saat itu di era tahun 1990an merupakan mahasiswa S3 yang menikah dengan seorang guru pria pria kulit hitam keturunan Senegal yang mencerminkan cairnya benteng rasisme ini.

Hubungan dan kontak kami terputus sejak teman Perancis saya lulus. Namun yang masih melekat dalam ingatan saya betapa cantiknya anak perempuan hasil buah hasil perkawinan campuran ini secantik pupusnya rasisme dalam perkawinan sahabat saya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun