Aturan yang berlaku di era Howard Carter menemukan makam dan harta karun Tutankhamum memang menyebatkan bahwa segala hasil temuan dari makam mesir kuno harus tetap menjadi milik dan berada di Mesir.
Namun pada kenyataannya ada uapaya untuk membawa hasil penemuan tersebut keluar dari Mesir untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan lainnya.
Mesir memang pada tahun 1922 telah memperoleh kemerdekaan parsial dari Inggris setelah pasukan Inggris menduduki Mesir di tahun 1882.
Penemuan Tutankhamun dapat  dianggap sebagai komoditas politik sekaligus kebangkitan kembali popularitas kerajaan Mesir kuno.
Oleh sebab itu tidak heran penemuan makam Tutankhamun ini juga membangitkan rasa nasionalisme Mesir yang tidak rela jika popularitas dan harta karun ini bergeser ke arah Howard Carter dan  penyandang dananya dan juga Inggris yang memiliki sejarah kelam menduduki Mesir.
Kontroversi ini menjadi semakin liar ketika Lord Carnarvon meninggal dunia setahun setelah penemuan ini yaitu di tahun 1923 karena infeksi gigitan nyamuk.
Namun rumor yang merebak justru Lord Carnarvon kena kutukan raja Mesir kuno yang menyebutkan barang siapa yang mengganggu makam raja Mesir akan mengalami kematian.
Dalam kurun waktu 10 tahun sejak penemuannya, Howard Carter terus bekerja untuk membongkar makam Tutankhamun sampai tuntas dan berkembang kabar bahwa dirinya berupaya untuk mengambil sebagian hasil temuannya  untuk dibawa ke Inggris.
Salah satu hal yang mengganjal bagi orang Mesir adalah tidak ada catatan terkait peran orang Mesir dalam sejarah  penemuan makam dan harta karun Tutankhamun ini.  Padahal peran orang Mesir baik dalam penemuan ini sangatlah besar.
Topeng pemakaman emas Tutankhamun yang sangat megah dapat dianggap sebagai mahakarya seni Mesir kuno yang menjadi lambang Mesir modern.
Di era tahun 1960 dan 1970 an pemerintah Mesir mengijinkan sebagian  dari temuan di makam Tutankhamun ini untuk dipamerkan di luar negeri yang menimbulkan gelombang  sensasi sendiri dan memimbulkan demam akan Tutankhamun yang meningkatkan popularitasnya.