Disamping India, emisi CO2 Amerika juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Emisi CO2 tahunan dunia yang berasal dari fosil dalam kurun waktu 1960 sampai 2022 menunjukkan peningkatan yang sangat tajam dari 10 giga ton (Gt) melonjak menjadi 36.6 Gt
Sebaliknya emisi CO2 yang diakibatkan oleh penggunaan tahan mengalami sedikit penurunan dari sekitar 7 Gt di tahun 1960 menjadi 3.6 Gt di tahun 2022.
Penurunan ini tentunya bukan berarti menunjukkan keberhasilan pengurangan emisi CO2 dari penggunaan dan pembukaan lahan, namun kemungkinan besar disebabkan oleh berkurangnya drastis luasan lahan baru yang dibuka akibat degradasi lingkungan dan jenuhnya lahan.
Upaya dunia mengurangi laju peningkatan suhu global ini utamnya sangat tergantung pada Tiongkok, India dan Amerika karena ketiga negara ini tercatat sebagai tiga negara terbesar dalam menyumbangkan emisi CO2 dunia.
Harapan dunia akan terjadinya pengurangan emisi CO2 yang signifikan memang tertumpu pada Tiongkok.
Jika dilihat dari tren peningkatan emisi CO2 Tiongkok selama 10 tahun terakhir ini sudah melandai jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, namun belum mengalami penurunan.
Pengurangan emisi CO2 Tiongkok tentunya tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi negara ini dan juga tergantung pada perkembangan proyek energi terbarukan yang sedang digalakkan di negara ini.
Peningkatan suhu global kini bukan lagi merupakan masalah negara tertentu saja namun sudah menjadi masalah dunia karena akan berdampak langsung pada keamanan, sosial, politik, persediaan air, cuaca ekstrim, dan keamanan pangan dllnya.