Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

OPEC Kurangi Pasokan Minyak, Amerika Murka

12 Oktober 2022   18:15 Diperbarui: 12 Oktober 2022   18:18 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
OPEC mengumumkan akan mengurangi pasokan minyak  2 juta barel per hari. Photo:  OPEC 

Tidak ada yang memungkiri bahwa pernag Rusia dan Ukraina serta sangsi multi sektoral yang diterapkan Amerika dan sekutunya terhadap Rusia telah memicu efek domino berupa kenaikan harga bahan bakar, pengan serta memicu inflasi dunia.

Tiga bulan  lalu walaupun ditentang oleh konggres presiden Amerika Joe Biden menemui Pangeran Muhamad bin Salman (MBS) dengan harapan Arab Saudi sebagai pentolan OPEC dan OPEC+ bersedia meningkatkan pasokan minyak nya untuk menurunkan harga minyak dunia.

Tidak dapat dipungkiri Amerika dan sekutunya terdampak besar akibat kenaikan harga bahan bakar ini dan sekaligus memicu inflasi.

OPEC Kurangi Pasokan Minyak

Minggu lalu OPEC+ yang merupakan wadah yang menyatukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain, seperti Rusia mengumumkan pembatasan pasokan minyak dunia dengan alasan ekonomi dengan menurangi pasokan minyaknya 2 juta barel per hari.

Namun dampak pengurangan pasokan minyak dunia ini kemungkinan besar akan meningkatkan harga BBM di tingkat konsumen di Amerika  dan dunia yang akan  berdampak pada hasil pemilihan parah waktu yang akan diadakan dalam waktu dekat.

Amerika dan sekutunya berpendapat bahwa pembatasan produksi minyak ini akan  menaikkan harga minyak secara global, yang akan menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi Rusia untuk terus mendanai perangnya di Ukraina  ditengah tengah sanksi Barat.

Bahkan Amerika secara terang terangan menuduh Arab Saudi dan OPEC mendukung Rusia dan melawan kepentingan rakyat Amerika.

Sementara Arab Saudi berargumentasi bahwa keputusan OPEC untuk mengurangi produksi sebesar dua juta barel per hari bertujuan  untuk menstabilkan pasar minyak  dunia dan bukan untuk meningkatkan harga minyak di tengah kenaikan suku bunga oleh bank sentral dan prospek resesi global.

Tindakan OPEC ini memicu kemurkaan Amerika karena  memandang pengurangan pasokan minyak dunia oleh OPEC ini  sebagai upaya mendukung dan memperkuat Rusia.

Kemurkaan Joe Biden terhadap Arab Saudi ini dipicu oleh pembelotan Arab Saudi yang tidak mau didikte dalam urusan produksi minyak ini. 

Disamping itu di dalam negeri Amerika sudah babak belur dengan kenaikan  harga minyak dan bahan pangan yang berdampak pada penurunan popularitas  Joe Biden yang mencapai titik nadir

Kemarahan Joe Biden ini sebenarnya dapat dimengeti karena Joe Biden walaupun tidak secara eksplisit sudahberupaya  "mengemis" kepada Arab Saudi untuk menuruti keinginan Amerika untuk meningkatkan pasokan minyaknya.

Disamping itu keniakkan harga minyak dan juga bahan pangan di Amerika jika tidak segera dikendalikan akan membuat Joe Biden kemungkinan besar tidak akan terpilih kembali sebagai presiden karena  popularitasnya  semakin terpuruk.

Arab Saudi Dijadikan  Kambing Hitam

Kemurkaan Joe Biden terhadap Arab Saudi tercermin dari pernyataan resmi Joe Biden yang mengatakan bahwa Amerika akan mengevaluasi hubungannya dengan Arab Saudi akibat keputusan OPEC untuk mengurangi pasokan minyak dunia.

Bahkan secara terang terangan Amerika akan mengajak sekutunya untuk mengevaluasi kembali hubungannnya dengan Arab Saudi dan negara produsen minyak lainnya yang berperan dalam pengurangan pasokan minyak dunia ini.

Keputusan Amerika untuk mengevalusi kembali hubungannnya dengan Arab Saudi mencerminkan bagaimana selama ini hubungan kedua negara lebih banyak menekankan pada kepentingan Amerika.

Selama ini hubungan Amerika dan Arab Saudi dan juga negara negara penghasil minyak di kawasan teluk memang tidak pernah mulus karena Amerika selalu menggunakan senjata pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga keinginan untuk mengontrol minyak dunia untuk kepentingan Amerika.

Disamping  itu Amerika memandang negara di kawasan teluk ini sebagai pasar besar penjualan peralatan militer.

Namun Amerika melupakan sejarah bahwa minyak merupakan senjata yang paling ampuh untuk menaklukan dunia. Sehingga tidak heran banyak perang yang melibatkan Amerika di kawasan Timur Tengah alasan utamanya adalah untuk menguasai pasokan minyak.

Kegagalan Amerika di Afghanistan  dan Irak mencerminkan bagaimana sulitnya menaklukkan negara negara dikawasan teluk ini jika tujuan utamnya hanya untuk menguasai pasokan minyak semata.

Tidak tunduknya OPEC+ pada keinginan Amerika ini   mencerminkan bahwa negara negara pengahasil minyak dunia seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk urusan minyak tidak lagi mau dikendalikan Amerika.

Bahkan kini sudah muncul solidaritas di kalangan negara negara penghasil minyak dunia terhadap Arab Saudi yang mendapat tekanan dari Amerika karena pengurangan pasokan minyak ini karena seharusnya hubungan natar kedua negara ini saling menguntungkan bukan sebaliknya hanya menguntungkan Amerika semata.

Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan bahwa keputusan OPEC+ adalah tindakan "murni ekonomi" yang diambil dengan persetujuan bulat dari seluruh anggota.

Menteri luar negeri Arab Saudi juga menyatakan bahwa selama ini kerja sama militer antara Riyadh dan Washington  melayani kepentingan kedua negara dan telah berkontribusi pada stabilitas keamanan di kawasan Timur Tengah..

Kemurkaan Joe Biden akan tindakan "pembelotan" Arab Saudi ini ternyata juga didukung oleh para senator pendukung pemerintah yang sedang berkuasa dari partai Demokrat.

Beberapa hari lalu sudah diumumkan RUU  untuk menghentikan penjualan senjata AS ke Arab Saudi  selama satu tahun sebagai tindakan balasan pengurangan pasokan minyak ini karena dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap Rusia.

Tiga bulan lalu Joe Biden bertemu MBS untuk membujuk Arab Saudi meningkatkan pasokan minyaknya. Photo: Bandar Algaloud/Reuters  
Tiga bulan lalu Joe Biden bertemu MBS untuk membujuk Arab Saudi meningkatkan pasokan minyaknya. Photo: Bandar Algaloud/Reuters  

Tanda tanda pembelotan Arab Saudi ini memang sudah tampak ketika Joe Biden mengunjungi negara negara di kawasan Teluk 3 bulan lalu ketika Arab Saui  tidak mengiyakan permintaan Amerika untuk meningkatkan pasokan minyaknya.

Saat ini memang tidak banyak pilihan bagi Amerika untuk keluar dari permasalahan  kenaikan harga minyak  dan harga pangan yang akan semakin parah akibat pengurangan pasokan minyak ini karena memang pasokan minyak dunia sebagian besar dikontrol oleh OPEC.

Negara di dunia termasuk Indonesia tentunya sedang cemas mengantisipasi  dampak pengurangan pasokan minyak dunia ini yang tentunya akan berakibat  pada kenaikan harga BBM dan juga bahan pangan. Kecemasan dunia akan resesi yang akan melanda dunia pada tahun 2023 mendatang tampaknya akan semakin nyata.

Dunia kini sedang menunggu apakah tindakan balasan Amerika terhadap negara anggota OPEC utamanya Arab Saudi akan memecahkan masalah dalam negeri Amerika atau sebaliknya akan memperparah  reputasi Amerika di dalam dan di luar Amerika.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun