Ribuan pelayat harus mengantri berjam jam untuk memberi penghormatan terakhirnya kepada mantan Perdana Menteri Jepang ini.
Di sisi lain upacara pemakaman kenegaraan ini mengundang protes dan kemarahan masyakat di berbagai wilayah di Jepang, utamanya di Tokyo. Sebab, di samping sosok Abe yang dinilai kontroversial, upacara pemakaman menghabiskan uang rakyat sebesar US$11.5 juta atau sekira lebih dari Rp170 miliar
Terbelahnya masyarakat Jepang ini tergambar dari hasil survei yang dilakukan oleh salah satu surat kabar ternama Jepang yaitu Mainichi yang menyebutkan bahwa 62% masyarakat Jepang tidak setuju dengan upacara pemakaman kenegaraan Abe ini.
Selain itu, setelah terbunuhnya Abe, terungkap pula hubungan antara Abe, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, dan Gereja Unifikasi. Ini pun yang memicu kemarahan publik.
Salah satu alasan Tetsuya Yamagami pembunuh Abe adalah terkait keterkaitan Abe dengan Gereja Unifikasi ini yang dianggapnya telah menghancurkan keuangan keluarganya.
Hasil survei internal partai LDP juga sudah bocor ke publik yang menyebutkan bahwa hampir setengah dari 379 legislator nasional partai yang memerintah memiliki hubungan erat dengan gereja dan kelompok-kelompok afiliasi lainnya dengan imbalan berupa dukungan suara.
Tidak pelak lagi terungkapnya keeratan hubungan antara LDP partai yang berkuasa dengan gereja ini menyebabkan popularitas Perdana Menteri Fumio Kishida turun di bawah 30 %.
Sebagai salah satu langkah untuk untuk mengatasi kemarahan masyarakat Jepang, Kishida mengocok ulang kabinetnya dan memerintahkan para legislator LDP untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Unifikasi.
Di kalangan politikus Jepang juga terjadi perpecahan karena partai-partai oposisi Jepang memboikot acara tersebut dan beranggapan bahwa Abe tidak pantas mendapat kehormatan sebesar itu.
Pihak oposisi menyebutkan bahwa selama memerintah, Abe telah membuat kebijakan kontroversial seperti merevisi konstitusi pasifik Jepang.