Sejarah mencatat bahwa Pemakaman kenegaraan untuk Abe merupakan yang pertama bagi seorang mantan perdana menteri sejak mantan Perdana Menteri Shigeru Yoshida yang meninggal dunia pada 1967.
Masyarakat Jepang Terbelah
Tidak pelak lagi keputusan pemerintah Jepang untuk memberikan penghormatan berupa pemakaman kenegaraan kepada mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang paling lama memerintah yang terbunuh pada 8 Juli telah membuat Jepang terpecah.
Perdana Menteri Jepang Kishida membela pemakaman kenegaraan ini pantas diberikan kepada Abe karena selama 8 tahun menjabat Abe berperan besar dalam perpolitikan Jepang dan dianggap memiliki visi yang cemerlang untik pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Jepang dan dunia.
Bahkan dalam pidatonya Kishida menyebut bahwa Abe telah mempromosikan konsep Indo-Pacific yang bebas dan terbuka untuk menghalau dominasi dan kebangkitan Tiongkok.
Dalam acara pemakaman ini diperkirakan dihadiri 4.000 orang pelayat termasuk di dalamnya termasuk Perdana Menteri Australia Antony Albanese, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris.
Paket penghormatan upacara pemakaman ini termasuk 19 tembakan yang dilakukan oleh pasukan kemananan Jepang, lagu kebangsaan diperdengarkan dan tentara yang mengenakan seragam putih membawa abu Abe.
Ribuan pelayat harus mengantri berjam jam untuk memberi penghormatan terakhirnya kepada mantan Perdana Menteri Jepang ini.
Di sisi lain upacara pemakaman kenegaraan ini mengundang protes dan kemarahan masyakat di berbagai wilayah di Jepang, utamanya di Tokyo. Sebab, di samping sosok Abe yang dinilai kontroversial, upacara pemakaman menghabiskan uang rakyat sebesar US$11.5 juta atau sekira lebih dari Rp170 miliar
Terbelahnya masyarakat Jepang ini tergambar dari hasil survei yang dilakukan oleh salah satu surat kabar ternama Jepang yaitu Mainichi yang menyebutkan bahwa 62% masyarakat Jepang tidak setuju dengan upacara pemakaman kenegaraan Abe ini.
Selain itu, setelah terbunuhnya Abe, terungkap pula hubungan antara Abe, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, dan Gereja Unifikasi. Ini pun yang memicu kemarahan publik.
Salah satu alasan Tetsuya Yamagami pembunuh Abe adalah terkait keterkaitan Abe dengan Gereja Unifikasi ini yang dianggapnya telah menghancurkan keuangan keluarganya.
Hasil survei internal partai LDP juga sudah bocor ke publik yang menyebutkan bahwa hampir setengah dari 379 legislator nasional partai yang memerintah memiliki hubungan erat dengan gereja dan kelompok-kelompok afiliasi lainnya dengan imbalan berupa dukungan suara.
Tidak pelak lagi terungkapnya keeratan hubungan antara LDP partai yang berkuasa dengan gereja ini menyebabkan popularitas Perdana Menteri Fumio Kishida turun di bawah 30 %.
Sebagai salah satu langkah untuk untuk mengatasi kemarahan masyarakat Jepang, Kishida mengocok ulang kabinetnya dan memerintahkan para legislator LDP untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Unifikasi.
Di kalangan politikus Jepang juga terjadi perpecahan karena partai-partai oposisi Jepang memboikot acara tersebut dan beranggapan bahwa Abe tidak pantas mendapat kehormatan sebesar itu.
Pihak oposisi menyebutkan bahwa selama memerintah, Abe telah membuat kebijakan kontroversial seperti merevisi konstitusi pasifik Jepang.
Di samping itu retorika nasionalistik Abe dinilai telah memperburuk hubungan Jepang dengan negara-negara tetangga, termasuk Korea Selatan.
Di tahun 2020 juga Abe terlibat dalam skandal penyalahgunaan dana politik dan terlibat dalam kronisme.
Abe juga dikritik karena penanganannya yang buruk terhadap pandemi Covid-19 dan memaksakan penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo di tengah kondisi Covid-19 yang mewabah.
Tampaknya kontroversi pemakaman kenegaraan Abe ini tidak akan berhenti ketika upacara usai, namun diperkirakan akan berbuntut panjang termasuk berdampak politik pada Perdana Menteri Jepang dan juga partainya.
Ke dapan jika kontrovesi ini terus berlanjut bukan tidak mungkin akan memberikan dampak besar pada karir politik Kishida yang tetap bersikeras untuk memberikan penghormatan berupa upacara pemakaman kenegaraan walaupun sudah diprotes keras oleh sebagian masyakarat dan membuat Jepang terbelah.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H