Artinya kini Lebanon sudah dalam tahap krtisis menuju fase ketidakmampuan memberi makan penduduknya karena lonjakan harga pangan yang luar biasa.
Tiga negara lain yang angka kenaikan inflasi pangannya tertinggi di dunia adalah Zimbabwe 255%, Venezuela 155%, dan Turki 94%.
Di bawah Turki, Bank Dunia menempatkan 6 negara yang kenaikan inflasi pangannya paling parah di dunia yaitu Iran 86%, Sri Langka 80%. Argentina 66%, Suriname 55%, Ethiopia 38%, dan Maldova 34%.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Bank, angka kenaikan inflasi pangan di Indonesia juga juga memasuki zona merah yaitu sudah mencapai 9,1%
Angin segar memang sedikit berembus ketika terjadi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh PBB dan Turki untuk mulai membuka kran ekspor gandum dan biji-bijian lainnya, namun tampaknya belum akan berdampak nyata karena krisis pangan ini sudah mengglobal.
Harga beras yang merupakan kebutuhan pangan pokok penduduk Asia termasuk Indonesia juga tidak luput dari dampak kenaikan inflasi pangan ini dengen menunjukkan peningkatan harga yang siknifikan yang mulai mengimbangi kenaikan harga gandum, barley dan jagung.
Efek domino
Jika data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia ini digabung dengan data yang dikeluarkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) maka akan tampak tergambar dengan jelas dampak dari inflasi pangan ini.
Sebagai contoh kenaikan harga bahan bakar dan pangan telah merusak tananan keuangan Bangladesh dan memaksa negara ini meminta bantuan ke IMF.
Berdasarkan situasi yang saat ini berlangsung, untuk bertahan Bangladesh memerlukan suntikan dana dari IMF sebesar US4,5 milyar, namun IMF hanya menyetujui suntikan dana sebesar US$1,5 milyar saja.
Hal yang hampir sama dialami oleh Sri Langka yang kini sudah kehabisan dana tunai untk membeli BBM dan bahan pangan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!