Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Inflasi Pangan Dunia Makin Menggila, Indonesia Perlu Siaga

2 Agustus 2022   10:14 Diperbarui: 3 Agustus 2022   07:09 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta food inflation| Sumber: International Monetary Fund, Haver Analytics, and Trading Economics

Artinya kini Lebanon sudah dalam tahap krtisis menuju fase ketidakmampuan memberi makan penduduknya karena lonjakan harga pangan yang luar biasa.

Tiga negara lain yang angka kenaikan inflasi pangannya tertinggi di dunia adalah Zimbabwe 255%, Venezuela 155%, dan Turki 94%.

Di bawah Turki, Bank Dunia menempatkan 6 negara yang kenaikan inflasi pangannya paling parah di dunia yaitu Iran 86%, Sri Langka 80%. Argentina 66%, Suriname 55%, Ethiopia 38%, dan Maldova 34%.

Peta food inflation| Sumber: International Monetary Fund, Haver Analytics, and Trading Economics
Peta food inflation| Sumber: International Monetary Fund, Haver Analytics, and Trading Economics

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Bank, angka kenaikan inflasi pangan di Indonesia juga juga memasuki zona merah yaitu sudah mencapai 9,1%

Angin segar memang sedikit berembus ketika terjadi kesepakatan antara Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh PBB dan Turki untuk mulai membuka kran ekspor gandum dan biji-bijian lainnya, namun tampaknya belum akan berdampak nyata karena krisis pangan ini sudah mengglobal.

Harga beras yang merupakan kebutuhan pangan pokok penduduk Asia termasuk Indonesia juga tidak luput dari dampak kenaikan inflasi pangan ini dengen menunjukkan peningkatan harga yang siknifikan yang mulai mengimbangi kenaikan harga gandum, barley dan jagung.

Efek domino

Jika data yang dikeluarkan oleh Bank Dunia ini digabung dengan data yang dikeluarkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) maka akan tampak tergambar dengan jelas dampak dari inflasi pangan ini.

Sebagai contoh kenaikan harga bahan bakar dan pangan telah merusak tananan keuangan Bangladesh dan memaksa negara ini meminta bantuan ke IMF.

Berdasarkan situasi yang saat ini berlangsung, untuk bertahan Bangladesh memerlukan suntikan dana dari IMF sebesar US4,5 milyar, namun IMF hanya menyetujui suntikan dana sebesar US$1,5 milyar saja.

Hal yang hampir sama dialami oleh Sri Langka yang kini sudah kehabisan dana tunai untk membeli BBM dan bahan pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun