Dalam dunia binatang dan hewan perkawinan  antar spesies secara  alami sangat jarang terjadi apalagi yang menyangkut satwa liar.
Biasanya spesies yang hidup terisolasi pada suatu wilayah memiliki tingkah laku dan komposisi kromosom dan gen yang spesifik sehingga jarang sekali terjadi perkawinan antar spesies.
Kalaupun terjadi maka keturunannya biasanya mandul karena memang biasanya spesies yang berbeda memiliki jumlah kromosom yang berbeda.  Kalaupun jumlah kromosomnya sama, maka dalam ilmu genetika ada fenomena yang disebut ketidakcocokan dan ketidak harmonisan  kerja antar gen sehingga menyebabkan kemandulan.
Peristiwa Langka
Namun peristiwa langka terjadi ketika di tahun 2017 lalu ketika peneliti secara kebetulan mengamati seekor monyet yang masih bayi yang penampakannya sangat berbeda dan belum pernah ditemukan sebelumnya.
Persitiwa yang sangat langka  terjadi  sungai Kinabatangan di wilayah Kalimantan Malaysia.
Sejak ditemukannya monyet yang sangat unik ini, para peneliti terus mengamati perkembangan bayi ini sampai akhirnya pada tahun 2020 lalu dipubikasikan foto yang menunjukkan bayi monyet ini sudah menginjak usia dewasa bersama dengan anaknya.
Hal yang paling menyakjubkan adalah penampakan fisik, bentuk hidung dan warna bulunya belum pernah ada sebelumnya dan ciri tersebut  tidak ditemukan pada spesies monyet yang hidup di wilayah tersebut.
Hal lain yang juga sangat mengejutkan adalah monyet betima ini ternyata mengalami perkembangan perbesaran payudara  yang menunjukkan bahwa reproduksi monyet ini normal dan menunjukkan bahwa monyet ini sedang menyusui.
Penemuan yang sangat istimewa ini akhirnya dipublikasikan dijurnal internasional bergengsi dunia yaitu International Journal of Primatologi pada yanggal 26 April 2022 lalu.
Dari hasil Analisa morfologi moyet ini disimpulkan bahwa monyet betina yang sangat istimewa ini merupakan hasil perkawinan antara  Langur perak (Trachypithecus cristatus) dengan Bekantan (Nasalis larvatus)
Kedua jenis monyet ini berdasarkan taksonominya bahkan tidak hanya berbeda spesies namun juga berbeda genusnya, oleh sebab itu terjadinya perkawinan antar kedua spesies ini tergolong peristiwa sangat langka.
Kedua jenis monyet ini memang hidup dalam hutan yang sama di wilayah tersebut namun secara genetik kedua spesies  monyet ini memang memiliki  karakteristik  berbeda dan belum pernah ada laporan ilmiah yang menunjukkan bahwa telah terjadi perkawinan alami antar kedua spesies ini.
Degradasi Lingkungan
Terjadinya perkawinan yang sangat langka antar kedua spesies ini menimimbulkan tanda tanya besar mengapa hal ini dapat terjadi di alam liar?
Salah satu hipotesis yang memungkinkan  terjadinya perkawinan antar spesies ini adalah degradasi lingkungan hutan tempat tinggal kedua jenis monyet ini akibat penebangan hutan yang sangat masif yang diperuntukkan untuk keperluan perluasan kebun sawit.
Akibat menciutnya habitat monyet ini menyebabkan menyempitnya wilayah jelajahnya sehingga akhirnya habitatnya  tumpang tindih dan terjadi  interaksi antara kedua spesies ini.
Penyusutan area hitan di wilayah Sabah malaysia memang terjadi sangat drastis akibat eksplotasi hutan. Sebagai  gambaran antara tahun 1973 sampai dengan tahun 2010 lalu saja sebanya 40% area hutan di sana sudah lenyap.
Namun hipotesa ini tentunya belum menjawab  mengapa spesies yang berbeda ini dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang tidak mandul?
Perkawinan antar spesies di alam memang pernah juga dilaporkan terjadi pada Anoa, yaitu antara Anoa dataran tinggi dan Anoa datatan rendah yang juga memiliki jumlah kromosom yang berbeda.
Peristiwa yang sangat langka ini memang menimbulkan tanda tanya, apakah kejadian penemuan monyet langka ini hanya merupakan kejadian  langka secara acak saja atau memang tekanan degredasi lingkungan yang memaksa kedua monyet ini kawin.
Akankah Bertahan dan Berkembang?
Jika memang kejadian ini akibat dari tekanan penyempitan habiat yang memaksa kedua monyet ini berinteraksi dan kawin maka diperkirkan ada kemungkinan lebih banyak lagi monyet hasil hibridisasi alami yang akan ditemukan di masa mendatang.
Pertanyaan yang muncul sekarang  adalah apakah jenis monyet hasil persilangan ini dapat bertahan hidup dan berkembang dalam situasi tekanan akibat degradasi lingkungan yangsedang  mereka hadapi.
Secara teoritis ternak hasil persilangan  memang  memiliki kelengkapan gen yang lebih baik karena berasal dari dua spesies sehingga daya adaptasinya dan pertumbuhannya biasanya lebih baik jika dibandingkan dengan tetuanya yang murni.
Daya hidup yang lebih baik dari hasil persilangan dua spesies yang berbeda ini  berhubungan juga dengan produksi susu induk yang umumnya lebih banyak pada hewan silangan.  Oleh sebab itu situasi ini akan memberikan  keuntungan bagi anak anaknya dan diharapkan anak anaknya dapat berkembang dengan baik.
Peristiwa yang sangat langka ini kembali menunjukkan bahwa hutan Kalimantan yang tidak saja menjadi kebanggaan Indonesia dan Malaysia namun juga menjadi kebanggaan dan perhatian dunia kini sedang sekarat akibat ekspansi  hutan sawit yang lebih menekankan kepentingan ekonomi, namun mengabaikan dan mengorbankan fungsi hutan tropis alaminya untuk generasi mendatang.
Degradasi hutan tidak hanya sekedar berdampak pada pohon dan tanaman yang ada di dalamnya, namun juga pada satwa liar yang menghuninya dan juga manusia yang sudah ratusan ribuan tahun tinggal secara harmonis di sana.
Rujukan :  satu, dua, tiga, empat, lima, enam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H