Jika memang kejadian ini akibat dari tekanan penyempitan habiat yang memaksa kedua monyet ini berinteraksi dan kawin maka diperkirkan ada kemungkinan lebih banyak lagi monyet hasil hibridisasi alami yang akan ditemukan di masa mendatang.
Pertanyaan yang muncul sekarang  adalah apakah jenis monyet hasil persilangan ini dapat bertahan hidup dan berkembang dalam situasi tekanan akibat degradasi lingkungan yangsedang  mereka hadapi.
Secara teoritis ternak hasil persilangan  memang  memiliki kelengkapan gen yang lebih baik karena berasal dari dua spesies sehingga daya adaptasinya dan pertumbuhannya biasanya lebih baik jika dibandingkan dengan tetuanya yang murni.
Daya hidup yang lebih baik dari hasil persilangan dua spesies yang berbeda ini  berhubungan juga dengan produksi susu induk yang umumnya lebih banyak pada hewan silangan.  Oleh sebab itu situasi ini akan memberikan  keuntungan bagi anak anaknya dan diharapkan anak anaknya dapat berkembang dengan baik.
Peristiwa yang sangat langka ini kembali menunjukkan bahwa hutan Kalimantan yang tidak saja menjadi kebanggaan Indonesia dan Malaysia namun juga menjadi kebanggaan dan perhatian dunia kini sedang sekarat akibat ekspansi  hutan sawit yang lebih menekankan kepentingan ekonomi, namun mengabaikan dan mengorbankan fungsi hutan tropis alaminya untuk generasi mendatang.
Degradasi hutan tidak hanya sekedar berdampak pada pohon dan tanaman yang ada di dalamnya, namun juga pada satwa liar yang menghuninya dan juga manusia yang sudah ratusan ribuan tahun tinggal secara harmonis di sana.
Rujukan :  satu, dua, tiga, empat, lima, enam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H