Di Bulan September 2020 krisis hubungan kedua negara ini semakin memanas ketika presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyetujui landasan strategis keamanan dengan NATO.
Krisis ini semakin memanas ketika mulai bulan Maret 2021 lalu Putin mengerahkan pasukannya untuk bergerak menuju perbatasan Ukraina. Dan di bulan July, Putin meluncurkan dokumen yang disebut sebagai deklarasi bersejarah penyatuan Rusia, Ukraina dan Belarus.
Di penghujung tahun 2012 pengerahan pasukan Rusia di wilayah perbatasan ini sudah mencapai lebih dari 100 ribu pasukan aktif yang siap menerbu Ukraina.
Di awal tahun 2022 ini berbagai pertemuan memang telah dilaksanakan seperti pertemuan Biden dengan Putin, pertemuan Rusia dengan NATO serta perjanjian OSCE yang mencoba mencari solusi, namun belum juga membuahkan hasil.
Keberadaan orang ketiga yaitu NATO ini justru memperburuk konflik ini karena ancaman dan ucapan utamanya dari Biden dan Boris Johnson yang dikeluarkan bukan mencari solusi, namun lebih mempertontonkan kekuatan negara ini dan NATO.
Sementara anggota NATO lainnya seperti Jerman memilih tidak terlibat dalam konflik ini sedangkan Perancis yang sempat ditelikung oleh Amerika dengan perjanjian pembangunan kapal selam nuklir antara Amerika dan Australia memilih cara lain sendiri untuk mengambil peran menyelesaikan konflik ini.
Penumpukan pasukan Rusia di berbagai wilayah strategis di perbatasan dengan Ukraina memang ditujukan untuk melakukan perang sesingkat singkatnya dan langsung mengusai ibukota Ukraina Kyiv termasuk serangan yang berbasis di Belarus. Serangan juga tentunya akan dilakukan melalui wilayah Crimea.
Tidak banyak disadari oleh banyak orang bahwa NATO sebagai pihak ketiga justru merupakan bagian dari krisis Rusia dan Ukraina ini.
NATO yang dibentuk tahun 1949 pasca Perang Dunia II memang tercatat sebagai kekuatan militer terbesar dunai dengan jumlah anggotanya mencapai 30 negara dengan budget militer mencapai 1.56 billion euros.
Kecanggihan beberapa peralatan produk Rusia termasuk sistem pertahanan kawasan yang dapat dibongkar pasang dengan cepat yang sudah dijual di berbagai negara seperti Turki dan negara di kawasan Asia Selatan memang sangat mengkhawatirkan NATO karena sistem pertahanan ini tidak saja dapat mempertahankan diri dari serangan musuh nanum dapat mengantisipasi serangan dan melakukan serangan balik serta dapat melakukan penetrasi terhadap sistem pertahanan NATO yang ada.