Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bersiap Menghadapi Gelombang 3 Covid-19, Pelajaran dari Singapura

9 November 2021   18:33 Diperbarui: 9 November 2021   18:36 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angka penularan baru Covid-19 di Singapura sangat mengkhawatirkan. Photo:  KELVIN CHNG  

Singapura memang negara mini, namun di awal fase pandemi Covid-19 pernah menjadi perhatian dunia karena keberhasilannya "mengendalikan" penyebaran Covid-19 ini.

Bagaimana tidak negara ini berdasarkan data yang dikeluarkan oleh kementerian Singapura tercatat sebagai salah satu negara di dunia yang jumlah populasi yang telah divaksin dua dosis mencapai angka lebih dari 85%.  Tidak hanya sampai di situ saja  jumlah lansia yang sudah divaksin mencapai angka 95%.

Namun pujian dunia ini tidak bertahan lama karena saat ini walaupun angka vasinasinya merupakan salah satu yang terbaik di dunia, angka penularan dan kematian akibat Covid-19 saat ini sangat mengkhawatirkan.

Data resmi yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan Singapura meunjukkan kasus baru mencapai 2.307 kasus dan angka kematiannya mencapai 14 orang.

Jika dibandingkan dengan rasio kasus baru dan juga angka mematian  ini dengan jumlah penduduknya, angka ini tergolong  luar biasa tingginya dan sangat mengkhawatirkan.

Peningkatan jumlah kasus yang sangat siknifikan dalam 2 minggu terakhir ini membuat sistem kesehatan singapura yang terkenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia mulai goyah.

Salah satu titik masuk penyebaran Covid-19 ini di Singapura adalah dari kalangan pekerja yang sebagian besar berasal dari negara lain.

Episenter penyebarannya terdeteksi ada di asrama kaum pekerja ini yang memang kualitas  lingkungan dan kesehatannya tidak sebaik yang diterima oleh warga Singapura.

Pengawasan terhadap pekerja  migran ini kini menjadi  salah satu prioritas pemerintah Singapura untuk mengendalikan tingginya kasus baru.

Keyakinan semula pemerintah Singapura akan kekuatan vaksinasi ternyata salah, karena  tingginya tingkat vaksinasi warga Singapura ini kurang berarti jika masih ada celah celah penularan yang belum dapat sepenuhnya dikendalikan.

Singapura memang berupakan salah satu negara yang menjadi gerbang masuknya berbagai varian baru Covid-19 yang mematikan.

Hal ini terjadi karena pekerja migran memang datang dari berbagai negara yang umumnya dari negara berkembang dan miskin.

Jadi ibarat sebuat mangkuk, Singapura menjadi wadah pertemuan berbagai sumber penularan yang ada di dunia.

Upaya untuk mengendalikan mengindentifikasi dan menanggulagi penularan di kalangan  pekerja migran ini memang sudah dilakukan, namun tampaknya tingkat kesulitannya sangat tinggi karena masih banyak yang tidak terdeteksi.

Hasilnya kelompok pekerja migran ini menjadi sumber penularan baru ke warga Singapura lainnya walaupun sudah divaksinasi.

Menghadapi situasi yang tidak  terkendali yang menyebabkan  fasilitas kesehatan Singapura mencapai titik hampir kolaps, pemerintah Singapura mengambil kebijakan baru.

Kebijakan baru ini dapat dipadang sangat ekstrim karena menyangkut kebijakan biaya penangan Covid-19 pengaturan berbaurnya warga.

Bagi pasien Covid-19 yang tercatat belum  di vaksinasi maka biayanya tidak lagi ditanggung pemerintah, namun harus ditanggung sendiri oleh pasien.

Jadi dapat dibayangkan  biaya perawatan yang sangat tinggi di Singapura ini jika harus ditanggung oleh pasien akan sangat memberatkan penderita.

Selanjutnya bagi orang yang  hanya divaksin satu kali jika terkena Covid-19 dan dirawat maka sebagian dari biaya perawatan harus ditanggung oleh pasien.

Kebijakan baru ini mencerminkan bagaimana frustrasinya pemerintah Singapura terkait masih adanya warganya dan juga pekerja migran yang enggan untuk divaksin.

Kebijakan ini dinilai akan memberikan dampak yang sangat besar bagi warga Singapura, permanent residence,  dan juga para pemegang ijin kerja.

Titik masuknya covid-19 lainnya adalah berasal dari warga Singapura yang kembali dari luar negeri yang jumlahnya juga cukup besar ayng dikhawatirkan menjadi salah satu sumber masuknya varian baru yang lebih mematikan.

Kebijakan baru ini tampaknya dibuat masih dengan mempertimbangkan situasi dan status vaksinasi.  Sebagai contoh bagi anak anak usia di bawah 12 tahun yang belum dapat divaksin karena menyangkut keamanan penggunaan vaksin jika tertular Covid-19 masih akan ditangung oleh pemeritah biayanya

Kebijakan lain yang dianggap cukup ekstrim yang dilakukan oleh pemerintah Singapura yang terkait dengan pekerja migran.

Jika ada di kalangan pekerja migran yang tertular Covid-19 walaupun sebelumnya mereka telah divaksin, maka pekerja migran ini akan diisolasi dan tidak boleh berbaur dengan masyarakat umum.

Kebijakan kebijakan ekstrim yang saat  ini dilakukan oleh Singapura merupakan upaya agar kasus peningkatan drastis Covid-19 ini dapat segera diatasi dan melandai, karena jika tidak dapat dikendalikan dan tren peningkatannya terus berkanjut maka sudah dapat dipastikan sistem kesehatan Singapura akan kolaps.

Varian baru Covid-19 menurut badan kesehatan dunia WHO telah mencapai Singapura.  Berdasarkan pengalaman sebelumnya jika sudah mencapai Singapura maka akan segera masuk ke Indonesia, karena banyaknya  titik titik masuk yang belum sepenuhnya dapat diawasi.

Apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh pemerintah Singapura yang saat ini sedang berjuang mengendalikan tingginya angka penularan dapat menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia.

Angka vaksinasi yang tinggi sama sekali tidak menjamin akan meningkatnya kembali kasus penularan baru Covid-19 jika titik titik rawan sumber penularan tidak dapat dikendalikan.

Liburan panjang akhir tahun merupakan titik kritis bagi Indonesia karena pada periode tersebut terjadi pergerakan masyarakat dalam jumlah besar.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, maka  gelombang ketiga lonjakan Covid-19  diprediksi  akan terjadi jika masyarakat abai terhadap pengalaman buruk masa lalu dan juga abai protokol kesehatan.

Pergerakan masyarakat ini tidak saja terjadi di dalam negeri saja namun juga dari luar negeri yang dikhawatirkan akan menjadi sumber masuknya varian baru Covid-19 yang tingkat penularannya jauh lebih dari varian Delta yang pernah mengguncang Indonesia.

Semoga semua pihak termasuk masyarakat selalu waspada bahaya bahaya Covid-19 ini nyata dan tidak dapat dipandang sebelah mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun