Kegagalan mengukur kemampuan dalam membimbing ini dapat saja berakibat terlantarnya mahasiswa bimbingan akibat kurangnya curahan waktu yang diberikan dosen untuk mahasiswa bimbingannya.
Oleh sebab itu, dalam menerima bimbingan ini dosen perlu menghitung betul curahan waktu maksimal yang dapat dialokasikan untuk membimbing agar proses bimbingan ini dapat berjalan dengan lancar.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan bahwa curahan waktu yang dialokasikan untuk membimbing mahasiswa S1, S2 dan S3 akan sangat berbeda.
Jika dalam membimbing S1 lebih kepada kegiatan rutin agar mereka dapat lulus tepat waktu dengan kualitas yang tinggi dan juga pembukaan wawasan, kemandirian dan motivasi. Maka membimbing mahasiswa S2 dan S3 akan lebih menekankan pada pengembangan wawasan dan kemandirian keilmuan.
Dosen pembimbing mahasiswa S2 dan S3 harus dapat menggali kreativitas dan motivasi keilmuan mahasiswa bimbingannya agar dapat dipicu untuk berkembang baik secara individu maupun secara berkelompok.
Dosen dan Mahasiswa Itu Juga Manusia
Konflik antara dosen dan mahasiswa yang dibimbingnya memang dapat saja terjadi jika sudah tidak ada lagi komunikasi dan kesesuaian diantara keduanya. Jika hal ini terjadi maka dapat saja menjadi fatal.
Kita cukup sering melihat di berita berita di media terkait konflik ini dan tidak jarang berujung pada proses  hukum.
Hal seperti ini memang tidak seharusnya terjadi jika apa yang harus disepakati di awal bimbingan dapat disampaikan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh dosen dan mahasiswa bimbingannya.
Terkadang prilaku dosen pembimbing yang di luar batas seperti misalnya sulit ditemui, galak, mudah marah dan tidak perduli dengan mahasiswanya dapat saja membuat mahasiswa ketakutan untuk bertemu, berdiskusi dan melakukan komunikasi.