Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akankah Impian Manusia Hidup Abadi Menjadi Kenyataan?

26 Juni 2021   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2021   13:13 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keinginan hidup abadi kaisar pertama Tiongkok Qin Shi Huang berujung kematian.. Sumber: daydaynews.cc

Hidup abadi  tanpa dapat disentuh oleh kematian sudah lama diimpikan oleh sebagian orang.

Sepenggal kisah  kekaisaran Tiongkok bahkan mencatat bagaimana kaisar pertama Tiongkok bernama Qin Shi Huang sangat terobsesi untuk dapat hidup abadi.

Sang Kaisar  memerintahkan para tabib istana untuk membuat ramuan sehingga sang raja hidup abadi.

Singkat cerita salah seorang tabib  istana berhasil membuat ramuan namun masih belum diyakini aman untuk diminum.  Namun sang kaisar sudah tidak sabar lagi dan tidak mendengarkan nasehat tabib bahwa ramuan tersebut masih dalam tahap ujicoba dan dapat membahayakan.

Sang kaisar mulai meminum ramuan tersebut secara rutin dan menyakini akan keabadian hidupnya.  Namun ternyata raja tersebut akhirnya menemui ajalnya juga karena menurut catatan sejarah salah satu bahan yang digunakan oleh tabib tersebut adalah merkuri yang merupakan bahan bahan kimia yang belum pernah dikenal dunia saat itu.

Saat ini para ilmuwan yang bekerja di Silicon Valley memang sedang menggarap proyek besar untuk "menggeser" usia maksimal manusia yang saat ini maksimal sekitar 120 tahun menjadi 130 bahkan 150 tahun.

Menguak rahasia Penuaan

Penuaan  secara alami akan dialami oleh setiap makhluk hidup termasuk manusia.  Para ilmuwan sudah lama mencoba memecahkan rahasia bagaimana cara mengutak atik gen yang terkait dengan penuaan ini agar pemicu penuaan  dapat ditunda.

Penuaan memang merupakan salah  yang sangat serius dalam dunia kesehatan karena biasanya diiringi dengan penurunan kualitas hidup karena sel dan fungsi tubuh kinerjanya secara alamiah menurun.

Penuaan prosesnya juga tidak sederhana karena menyangkut perubahan tingkat molekuler yang belum sepenuhnya dapat dipahami oleh ilmuwan.

Salah satu faktor yang diduga terkait erat dengan penuaan adalah proses metilasi. Metilasi merupakan fenomena penggantian hidrogen dengan gugus metil yang melibatkan ensim.

Salah satu dampak dari proses metilasi ini adalah modifikasi regulasi ekspresi gen, regulasi fungsi protein, dan pemrosesan RNA.

Para ilmuwan menemukan  bahwa metilasi ini sangat erat hubungannya dengan proses penuaan dan umur maksimal makhluk hidup.

Dengan mengutak atik metilasi ini kini  ilmuwan  dapat memprediksi  usia biologis dan umur hewan, termasuk manusia.

Jika hal ini berhasil maka dengan cara memodifikasi metilasi DNA manusia, maka kelak di kemudian hari dapat menggeser proses penuaan pada manusia.

Salah satu bukti bahwa ilmuwan telah berhasil memanipulasi jam biologis makhluk hidup adalah ketika  mereka di bulan Desember tahun lalu berhasil mengaktifkan kembali gen embrionik yang telah dinonaktifkan secara alami pada tikus tua dan buta.

Keberhasilan penelitian ini membuka peluang untuk melakukan pemograman ulang gen dan kemungkinan di masa depan dapat menyetel ulang usia mata, sehingga  di usia tua mata masih dapat berfungsi dengan baik.

Keberhasilan penelitian ini membuat si peneliti kebanjiran tawaran untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat memperlambat atau dalam beberapa kasus memutar  balik  usia organ tertentu  dan bahkan pada suatu saat nanti   seluruh tubuh dapat diprogram ulang.

Pemograman  Ulang Sel

Secara alamiah sel yang dimiliki makhluk hidup memiliki rentang hidup alami sehingga jika sudah sampai saatnya sel akan mati. Namun pada tahapan akhir kehidupan sel ini, banyak sel yang tidak mati namun menumpuk di dalam jaringan.

Penumpukan sel tua ini memang masih dapat berperan dalam perkembangan embrio namun sel sel tua ini  juga dapat  berpengaruh buruk karena dapat  mengeluarkan enzim yang beracun dan menjadi penyebab penyakit seperti misalnya radang sendi.

Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus yang telah direkayasa secara genetik memungkinkan secara alami  membunuh 20-30%  sel-sel tua yang masa hidupnya lebih lama dari masa hidup yang diharapkan.

Tikus yang telah direkaya genetiknya ini memiliki peluang yang lebih kecil terkena kanker dan penyakit jantung serta mampu berlari lebih jauh dan lebih cepat di treadmill di laboratorium dan bahkan tikus tikus ini  memiliki bulu yang lebih baik.

Pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah kita perlu hidup abadi? Jika perkembangan ilmu pengetahun terkait  penundaan  penuaan pada manusia ini berhasil, tentunya harus juga dipikirkan konsekuensi  dari permanjangan usia manusia ini.

Idealnya memang keinginan manusia untuk hidup lebih lama dan bahagia itu berjalan beriringan. Namun apakah hidup yang terlalu lama itu tidak akan menimbullan kebosanan?

Salah satu tantangan terbesar jika teknologi memungkinkan untuk menggeser pemicu penuaan sehingga menjadikan manusia berumur panjang,  adalah hidup berkualitas dan produktif, serta sehat.

Terlepas dari kemajuan sain yang menakjubkan ini , yang jelas usia manusia dan makhluk hidup lainnya itu merupakan rahasia Allah SWT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun