Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ternyata Virus Corona Pernah Mewabah 25.000 Tahun Lalu di Asia Timur

25 Juni 2021   15:00 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:29 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penemuan terbaru para ilmuwan yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah bergengsi Current Biology tanggal 24 Juni 2021 kemarin dan juga Nature dan bioRxiv  mengejutkan dunia.

Tim ilmuwan dari Australia dan AS berhasil mengungkap jejak virus Corona purba yang ada pada gen manusia dengan menemukan bukti bahwa epidemi virus corona pecah di Asia Timur sekitar 25.000 tahun yang lalu dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama yaitu 20.000 tahun.

Jejak virus Corona ini dapat dilihat pada genom manusia  modern yang hidup di wilayah tersebut.

Mewabahnya Virus Corona saat itu telah berdampak besar pada populasi manusia yang tinggal di wilayah tersebut dan meninggalkan jejak genetik pada genom manusia saat ini.

Para ilmuwan ini berhasil menemukan jejak wabah virus corona purba dalam genom manusia modern dari Asia Timur

Virus Corona purba ini ternyata berinteraksi dengan sel dan jaringan manusia dengan cara yang mirip dengan cara yang dilakukan oleh virus penyebab COVID-19 yang sedang mewabah saat ini.

Temuan terbaru ini diharapkan ini dapat membantu para peneliti menemukan cara baru untuk memerangi COVID-19.

Jika kita tilik lini waktunya maka ada tiga rangkaian wabah yang melibatkan virus Corona ini, yaitu:

  1. Wabah pertama yang pernah melanda  dikenal sebagai SARS-CoV (severe acute respiratory syndrome coronavirus).  Virus Corona ini mewabah di Tiongkok  pada tahun 2002 dan menginfeksi lebih dari 8.000 dan menewaskan lebih dari 800 orang.
  2. Wabah kedua terjadi  tahun 2006 ketika MERS-CoV (Middle East respiratory syndrome coronavirus) menjangkiti lebih dari  2.400 orang dan menewaskan lebih dari 850 orang.
  3. Wabah terbaru mulai  terjadi  pada akhir 2019 ketika SARS-CoV-2 muncul di Tiongkok, memicu pandemi yang  saat ini sedang berlangsung  yang kita kenal sebagai  virus corona 2019 (COVID-19).

Bagaimana Ilmuwan Melacaknya?

Kelompok peneliti ini  menganalisa basis data 2.504 individu yang berasal dari 26 populasi etnis di lima benua, termasuk suku Dai Cina, Kinh Vietnam, dan Yoruba Afrika dengan memfokuskan pada  420 protein yang diketahui berinteraksi dengan virus corona, termasuk 332 yang berinteraksi dengan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Interaksi ini dapat berkisar dari  peningkatan respons kekebalan hingga memudahkan virus untuk membajak sel.

Produksi 420 protein yang meningkat secara substansial dijadikan bukti adanya paparan epidemi seperti virus corona di masa lalu dan hanya muncul di orang Asia Timur.

Dari hasil pelacakan ternyata respon virus dari 42 protein tersebut berhulu  sekitar 25.000 tahun yang lalu.

Respons genetik yang awalnya kuat terhadap virus yang berkurang seiring waktu, baik karena orang Asia Timur telah beradaptasi dengan virus atau karena virus kehilangan kemampuannya untuk menyebabkan penyakit.

Temuan ini membuktikan  bahwa orang Asia Timur telah terpapar epidemi mirip virus corona untuk waktu yang lama dan secara genetik telah beradaptasi dengan epidemi virus ini. 

Hal inilah yang dapat dijadikan dasar untuk menjelaskan mengapa fatalitas dari Covid-19 yang melanda  dunia saat ini pada orang Asia Timur lebih rendah dibandingkan dengan orang Eropa.

Kapsul Waktu

Kode genetik yang ada pada manusia yang hidup di jaman modern dapat menjadi catatan dan bukti jejak peristiwa yang terjadi pada masa lalu dengan mengamati jejak mutasi gennya.

Mutasi gen dapat saja menjadikan orang secara alami mengalami kerentanan terinfeksi virus atau penyakit tertentu lainnya.

Melalui pengamatan gen gen tertentu inilah berhasil diungkap mengapa orang Kaukasia (0rang kulit putih) lebih rentan terhadap serangan virus Covid-19.

Orang Kaukasia ternyata mewarisi sekelompok gen purba dari nenek moyangnya yaitu manusia purba Neanderthal yang hidup sekitar 50.000 tahun lalu dan gen inilah yang diduga menyebabkan kerentanan ini.

Mutasi gen ternyata tidak saja menyebabkan orang menjadi rentan terhadap penyakit tertentu tapi sebaliknya dapat juga menimbulkan ketahanan terhadap penyakit sehingga dapat bertahan jika wabah terjadi.

Gen gen yang mengalami mutasi ini memerlukan waktu yang sangat  lama untuk beradaptasi pada lingkungan tertentu dan jika terjadi maka gen yang mengalami mutasi ini akan memberikan efek yang positif pada ketahanan terhadap penyakit tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian ini para ilmuwan ini berhasil menemukan sinyal genetik  virus corona pada orang Vietnam, Tiongkok, dan Jepang namun tidak ditemukan  pada orang-orang dari belahan dunia lainnya..

Hal yang sangat menarik dari penelitian ini ternyata manusia purba telah mulai beradaptasi pada virus Corona sekitar 25 ribu tahun yang lalu.

Dari jejak evolusi genom dibuktikan bahwa tekanan virus Corona pada genom manusia mulai reda sekitar 5.000 tahun yang lalu.

Dari kurun waktu inilah para peneliti menyimpulkan bahwa epidemi virus Corona ini berlangsung selama 20.000 tahun dan selama itulah manusia telah terpapar virus Corona.

Pemetaan terkait kapan dan berapa lama  terjadinya wabah  virus Corona purba ini dalam perjalanan hidup manusia selama 25.000 tahun memang belum dapat dilakukan.  Jadi dapat saja  wabah virus Corona  purba ini terjadi setiap musim dingin atau dapat juga  terjadi secara periodik setiap 5 atau 10 tahun seperti yang terjadi pada serangan SARS, MERS, dan SARS-CoV-2.

Penemuan terbaru ini membuka jalan bagi para ilmuwan untuk meneliti  lebih lanjut  bagaimana gen yang terkait dengan epidemi virus Corona purba ini dapat berkontribusi pada wabah penyakit modern, seperti pandemi COVID-19. Gen gen yang terkait dengan sejarah virus purba   yang ada pada manusia yang hidup saat ini dapat saja  memberikan petunjuk yang sangat berharga untuk mengembangkan  obat antivirus yang lebih baik.

Melalui kapsul waktu virus Corona purba yang terekam pada genom ini diharapkan para ilmuwan dapat menemukan cara yang jitu menaklukan virus Covid-19 yang sedang melanda dunia ini sebagaimana para ilmuwan berhasil mengontrol dan mengendalikan pandemi flu Spanyol dan wabah Ebola. .... Semoga.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun