Ada hal yang menarik yang diceritakan Naoki Higashida tentang bagaimana belajar cara melambaikan tangan kepada seorang teman.
Naoki menceritakan bahwa orang terus mengatakan kepadanya bahwa yang dia lakukan salah, Namun menurut Naoki  tidak mengerti mengapa sampai seseorang meminta dirinya  untuk bercermin.
Naoki akhirnya menyadari bahwa cara dia melambaikan tangan sebagai ungkapan selamat tinggal pada dirinya sendiri dengan telapak tangan menghadap ke wajahnya sendiri, seharusnya telapak tangannya menghadap ke arah orang lain.
Ketika Naoki meniru apa yang dia lihat ketika seseorang melambai tangan padanya Naoki ternyata  tidak dapat sepenuhnya memahami apa yang dia lihat apakah apa yang dilakukannya itu benar.
Di dalam bukunya Naoki juga mengungkapkan bahwa dirinya menghabiskan sebagian besar waktunya dengan perasaan gagal dan menyadari memang dia sering gagal.
Kehilangan terbesar bagi Naoki adalah ketika dirinya mengerti keadaan sehari-harinya, namun dia tidak dapat bertindak dan melakukannya.
Menurutnya kemungkinan hal ini disebabkan keacuhan dirinya terhadap  autisme yang disandangnya. Tapi sebenarnya  dirinya mengerti dan memahami apa yang terjadi meskipun dirinya  tidak dapat mengambil tindakan yang benar.
Dengan memahami cuplikan cuplikan ungkapan perasaan Naoki ini kita tentunya  terpukau dengan alam pikiran penderita autis yang tidak jauh berbeda dengan alur pikir kita.
Sensitivitas, keinginan, dan filosofi kehidupan penyandang  autisme mamang sangat unik. Alam pikiran penyandang autisme itu ternyata sangat kompleks dan indah sebagaimana cerita tentang penderita autisme lain juga pernah ditayangkan di layar lebar dengan judul "Beautiful Mind" yang dibintangi oleh Robert De Niro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H