Ada dua perbedaan besar jenis kelelahan yang mungkin pernah kita rasakan di era sebelum dan pasca pandemi.
Jika sebelum era pandemi kita mungkin lebih banyak merasakan lelah fisik akibat mobilitas kita yang sangat tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan, kini kelelahan itu terasa sangat berbeda karena menyangkut juga kelelahan pikiran.
Di era pandemi sebagian dari kita menghabiskan waktu bekerja dari rumah yang tampak sekilas sangat menyenangkan, santai dan tidak mungkin menyebabkan kelelahan fisik karena kita merdeka dapat berbuat apa saja di rumah.
Namun kenyataannya akan sangat berbeda ketika kita sudah menjalaninya hampir satu tahun, dimana kita merasakan kelelahan tersebut lebih berat menimpa pikiran yang akhirnya berdampak pada kelelahan fisik.
Kita mungkin sudah terbiasa duduk bekerja berjam jam karena rutinias pekerjaan kita, namun ada yang berbeda ketika kita dipaksa di era pandemi untuk duduk berjam jam dengan memandang layar laptop serta berkomunikasi secara tidak langsung baik dengan rekan kerja, mahasiswa, murid ataupun kolega lainnya.
Secara perlahan namun pasti kelelahan pikiran dan fisik akibat bekerja terus menerus secara daring tentunya akan berdampak pada kesehatan kita.
Jika kita perhatikan rekan rekan kita atau bahkan diri kita sendiri maka sudah mulai muncul keluhan pusing, gangguan penglihatan, sakit pinggal, bobot badan bertambah dll nya yang tentunya tidak lagi dapat diabaikan.
Jika kita melakukan kilas balik, maka kita akan mendapatkan kenyataan bahwa kelelahan akibat perubahan gaya hidup ini tidaklah kita alami sendiri namun juga dialami oleh orang lain di seluruh dunia mengingat penggunaan komunikasi daring ini sudah sangat masif. Sebagai contoh pengguna Zoom yang saat ini saja sudah mencapai 300 juta orang setiap harinya, belum lagi ditambah data dari pengguna platform lainnya.
Mengapa hal ini terjadi?
Menurut pakar psikologi sistem syaraf berkontribusi besar dalam kelelahan yang luar biasa ini dan berhubungan langsung dengan kelelahan fisik.
Komunikasi secara tidak langsung (daring) merupakan babak baru dalam kehidupan kita dan belum lama terjadi dalam sejarah manusia. Sebaliknya otak kita telah mengalami evolusi dan adaptasi yang berkelanjutan selama ratusan ribu tahun yang menitik beratkan pada komunikasi langsung.