Pilihan pertama dalam menyimpan dengan fasilitas penyimpanan yang dinamakan ultra-low temperature freezers dengan suhu -70 oC. Metode penyimpanan ini sampai sekarang adalah yang terbaik karena di suhu sangat rendah ini vaksin dapat dijaga kualitasnya sampai dengan 6 bulan.
Hal ini tentukan akan membuka wawasan kita semua bahwa vaksin Covid-19 itu walaupun disimpan pada suhu yang tepat masa simpannya sangat singkat.
Pilihan kedua jika fasilitas ultra low temperature freezers ini tidak tersedia adalah menyimpannya di dalam kontainer khusus yang dinamakan esky yang pada prinsipnya berupa boks dengan menambahkan dry ice di sekelilingnya sehingga suhu di dalam dapat dijaga tetap rendah. Dengan menggunakan metode penyimpanan ini vaksin Covid-19 akan dapat bertahan selama 15 hari.
Gambaran masa simpan vaksin di atas membuka wawasan kita bahwa dalam pelaksanannya manajemen penyimpanan vaksin dan pendistribusiannya akan sangat rumit dan memerlukan fasilitas yang sangat memadai agar program vaksinasi ini dapat berjalan dengan lancar.
Tantangan dan Kendala
Kesalahan cara penyimpanan vaksin tentunya dapat saja membubarkan program vaksinasi nasional karena vaksin yang disuntikkan dapat saja rusak dan tidak efektif lagi sebelum digunakan.
Penyimpanan dan distribusi vaksin yang sangat rumit ini hanya dapat ditangani dengan ilmu supply chain dan logistic yang handal.
Jika kita asumsikan bahwa vaksin Covid-19 mulai digunakan pada tahun 2021 mendatang maka tantangan terbesar saat ini bukanlah bagaimana cara mendatangkan vaksin tersebut ke Indonesia, namun bagaimana cara menyimpan dan mendistribusikannya jika vaksin tersebut ketika sudah berada di Indonesia.
Kesuksesan program vaksinasi ini akan sangat tergantung bagaimana pemerintah bisa menjamin tidak terputusnya Cold Chain mulai dari produsen vaksin sebagai titik awal sampai vaksin tersebut digunakan.