Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasisme dan Xenophobia di Tengah Pandemi Korona

31 Mei 2020   07:50 Diperbarui: 2 Juni 2020   21:46 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian seperti seorang nenek berwajah asia ketika akan belanja di supermarket diteriaki  dan dipaksa untuk memakai masker karena dituduh sebagai sumber penyebaran virus korona.  Demikian juga sekelompok wanita muda langsung menghajar wanita muda lainnya berwajah Asia disertai dengan terikan kebencian sebagai penyebar virus korona.

Berbagai restoran dan billboard yang bercirikan  Asia menjadi sararan vandalisme dan coretan rasis karena dipotret sebagai ras yang paling bertanggung jawab terhadap penyebaran virus korona. Salah satu coretan di pintu restoran adalah "Kami tidak makan anjing".

Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti  Statistics on Anti-Asian incidents in the US: Ipsos, STOP AAPI HATE, New York City Commission on Human Rights, New York City Police, Los Angeles County Commission on Human Rights, Seattle Police, Network Contagion Research Institute, dan BBC research menunjukkan semakin meningkatnya sentimen  anti Asia di Amerika.

Laporan ujuran kebencian mencapai 1.710 kasus dan bahkan 15% diantaranya melaporkan mengalami kekerasan seperti diteriaki, diludahi dan bahkan dipukul.

Hal ini tentunya sangat erat hubungannya dengan hasil survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga tersebut dimana menunjukkan bahwa 33,33% penduduk Amerika berpendapat bahwa ras Asia lah yang bertanggung jawab terhadap bencana korona  ini. Sejak merebaknya pandemik korona kejadian anti Asia meningkat lebih dari 20 kali lipat di berbagai kota besar di Amerika.

Warga negara Amerika yang memiliki latar belakang ras Asia sudah mengalami penolakan ketika memesan taxi dan memesan hotel.  Bahkan seorang dokter yang bertugas di salah satu rumah sakit di Amerika ditolak oleh pasiennya ketika ingin menangani  penyakitnya dan disertai ucapan rasis yang menyatakan pasien tersebut tidak mau ditangani oleh dokter yang memiliki nama khas cina dan  berasal dari ras Asia.

Secara membabi buta sekelompok anak muda mengobrak abrik toko yang dimiliki oleh orang Asia karena kebenciannya dan  pola pikir rasieme yang sudah terpola bahwa ras Asia harus dimusuhi karena menjadi penyebab pandemi korona.

Bahkan di Tiongkok sendiri sempat diberitakan juga terjadi xenophobia kepada ras Afrika yang secara membabi buta dipercaya sebagai pendatang di Tiongkok yang menyebabkan penyebaran virus Korona.

Kejadian rasisme dan xenophobia di Amerika dan negara maju lainnya memang bukanlah hal yang baru dan tidak  akan pernah hilang, namun tampaknya  pandemi korona ini menjadi bahan bakar sendiri yang membesarkan api rasisme ini.

Rasisme terjadi lebih pada pembenaran tidakan dan ekspresi kebencian yang selama ini sudah ada di benak hati dan pikiran seseorang.  Jadi tampaknya pandemi  korona virus lebih pada  kondisi yang membuat api kebencian itu semakin membesar.

Tidak mudah memang mengapuskan rasime dan xenophobia ini karena terbentuknya kebencian ini terjadi secara bertahap dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang dibesarkan. Oleh sebab itu untuk mengurangi rasisme ini upaya yang ditempuh juga menyangkut multideimensi terutama pendidikan dan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun