Sekitar 30 tahun yang lalu dunia pernah mengalami tragedi kemanusiaan berupa kelaparan yang melanda Ethiopia akibat kondisi alam yang tidak bersahabat, yaitu kemarau panjang. Kemarau panjang ini mengakibatkan kegagalan panen secara sistematis sehingga skala kelaparan yang dialami penduduk Ethiopia saat itu tidak saja melanda anak anak, namun juga orang dewasa.
Saat itu dunia bangkit bahu membahu untuk membantu Ethiopia keluar dari tragedi kemanusiaan ini yang seharusnya tidak boleh terjadi di era modern kehidupan manusia.
Jika kelaparan yang menimpa Ethiopia sebagian besar diakibatkan oleh faktor alam, maka kini tragedi kemanusia yang melanda Yaman diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak saja disebabkan oleh faktor pendorong yang  berasal dari dalam negeri Yaman, namun juga dari pengaruh dan intervensi negara lain.
Pertarungan politik dan kekerasan
Sudah 3 tahun lamanya Yaman yang merupakan segara Arab termiskin ini mengalami perang saudara yang memporakporandakan hampir seluruh infrastruktur dalam negerinya.
Perang saudara ini berkecamuk akibat perseturan antara pemberontak Houthi yang disinyalir  di dukung oleh Iran dengan kelompok pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi.
Arab Saudi dan sekutunya mulai melakukan intervensi  kisruh politik yang terjadi di Yaman pada tahun 2015 lalu dalam upayanya untuk memukul kelompok pemberotak Houthi yang disebut sebut didukung oleh Iran untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Hadi yang tersingkir dan kini sedang dalam pengasingan.
Kombinasi antara serangan udara yang secara rutin dilakukan dan juga tindakan blokade yang dilakukan baik melalui udara maupun laut berdampak besar pada terjadinya krisis pangan, bahan bakar dan obat obatan.
Bahkan blokade ini semakin diperketat pada bulan November tahun 2017 lalu ketika rudal ditembakkan oleh pemberontak Houthi dengan target ibukota Arab Saudi. Â Namun beberapa rudal ini berhasil disergap dan dijatuhkan sebelum mencapai target.
Tragedi Kemanusiaan
Blokade yang dilakukan oleh Arab Saudi dan sekutunya memang sedikit mengendur akibat tekanan dunia agar bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Yaman. Â Namun pembukaan blokade ini hanya terjadi secara terbatas karena Arab Saudi dan sekutunya menganggap bahwa bantuan kemanusiaan internasional ini akan digunakan oleh pemberontak Houthi sehingga akan memperkuat kelompoknya.
Situasi yang semakin memburuk selama 3 tahun perang saudara dan intervensi kekuatan dari negara lain ini memicu terjadinya tragedi kemanusiaan yang sulit  dibayangkan terjadi dalam kehidupan modern manusia. Badan kesehatan dunia PBB bahkan menyatakan tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung di Yaman ini merupakan tragedi kemanusiaan terburuk selama 50 tahun terakhir ini yang melanda umat manusia.
Konflik yang terjadi di Yaman saat ini telah memakan korban lebih dari 10.000 jiwa dan mengakibatkan sebanyak  3 juta penduduk Yaman mengungsi.
Serangan udara koalisis Arab Saudi ternyata tidak saja mentargetkan pemberontak Houthi namun juga telah menghancurkan fasilitas rumah sakit dan infrastruktur lainnya. Dampak blokade ini tentu saja menghambat masuknya bantuan kemanusiaan dalam bentuk makanan, obat obatan dan bahan bakar yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Yaman yang sedang sekarat.
Anak anak yang tidak berdosa yang terkena dampak ini terlihat  tubuhnya hanya seperti tulang yang dibungkus kulit saja. Jelas sekali kelaparan  dan kekurangan gizi yang menimpa anak anak ini akan berdampak besar pada generasi mendatang Yaman.
Kelaparan bukan satu satunya masalah di Yaman. Kombinasi antara kekurangan air bersih dan kehancuran infrastruktur lainnya serta persediaan obat obatan yang sangat minim membuat wabah kolera pada tahun 2017 lalu dan  sampai saat ini masih melanda Yaman. Wabah kolera yang melanda Yaman ini  tercatat sebagai kasus wabah kolera yang terburuk dalam sejarah kehidupan modern manusia yang menjangkiti jutaan orang.
Kini gelombang wabah diphtheria yang mematikan melanda negara Yaman yang sudah porak poranda ini. Â Wabah diphtheria yang dapat dicegah melalui imunisasi ini meledak karena imunisasi tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya obat obatan yang diperlukan.
Wabah diphtheria yang sedang melanda yaman ini telah memakan puluhan korban jiwa dan melanda lebih dari 500 orang.  PBB memprediksi  wabah diptheria ini dalam waktu dekat  akan semakin cepat meluas jika obat obatan yang dibutuhkan tidak segera masuk ke Yaman.
Kegagalan Diplomasi Dunia
Tuduhan Arab Saudi dan sekutunya bahwa gerakan pemberontak didukung oleh Iran memang sampai saat ini belum ada bukti yang kuat yang mendukungnya.  Iran sebagai negara tertuduh sudah membantah bahwa negaranya persenjataan untuk mendukung  pemberontak Houthi.
Serangan udara dan pemblokiran Yaman baik dari udara maupun laut oleh Arab Saudi dan sekutunya dapat dilakukan dengan leluasa dan dilakukan kapan saja jika dimaui. Â Dunia seolah tidak berdaya melihat kenyataan yang sedang berlangsung ini.
Inggris bukanlah satu satunya negara Eropa yang tercatat sebagai pemasok senjata ke Arab Saudi. Â Negara lain seperti Spanyol, Â Czech Republic, Slovakia, Belgia, Swedia, Croatia, Italia, Jerman, dan Perancis juga tercatat sebagai pemasok senjata ke Arab Saudi.
Laporan tragedi kemanusiaan Yaman yang dibuat oleh PPB di akhir tahun lalu juga kandas  hanya sampai  dalam bentuk draf saja karena Arab Saudi yang dianggap sebagai tertuduh utama sebagai penyebab tragedi kemanusiaan ini melakukan protes keras dan menolak laporan ini. Dunia kembali tidak berdaya menghadapi ketidakberdayaan PBB menghadapi pertarungan politik negara anggotanya.
Amerika tampaknya tidak tertarik dengan konflik yang melanda Yaman ini, karena Yaman dianggap bukan negara penting bagi Amerika, juga bukan rahasia lagi jika Arab Saudi sebagai pemain utama di konflik ini didukung penuh oleh Amerika.
Jadi jika ada masalah terkait hak azasi manusia yang terjadi dan dilanggar oleh Arab Saudi, tampaknya Amerika memilih diam dan  tidak melakukan intervensi, karena posisi Arab Saudi dianggap strategis dalam mendukung keseimbangan konflik Arab - Istrael.
Dalam sutuasi dan kondisi seperti inilah kembali dipertanyakan kemana hati nurani dunia  yang tega membiarkan tragedi kemanusiaan ini terjadi di era modern kehidupan manusia.
Rujukan:Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam,Tujuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H