Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Kemanusiaan Yaman, Kegagalan Diplomasi Dunia

6 Januari 2018   11:54 Diperbarui: 6 Januari 2018   13:12 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saida Ahmad Baghili usia 18 tahun juga menjadi korban tragedi kemanusiaan. Photo: e3.365dm.com

Sekitar 30 tahun yang lalu dunia pernah mengalami tragedi kemanusiaan berupa kelaparan yang melanda Ethiopia akibat kondisi alam yang tidak bersahabat, yaitu kemarau panjang. Kemarau panjang ini mengakibatkan kegagalan panen secara sistematis sehingga skala kelaparan yang dialami penduduk Ethiopia saat itu tidak saja melanda anak anak, namun juga orang dewasa.

Saat itu dunia bangkit bahu membahu untuk membantu Ethiopia keluar dari tragedi kemanusiaan ini yang seharusnya tidak boleh terjadi di era modern kehidupan manusia.

Saida Ahmad Baghili usia 18 tahun juga menjadi korban tragedi kemanusiaan. Photo: e3.365dm.com
Saida Ahmad Baghili usia 18 tahun juga menjadi korban tragedi kemanusiaan. Photo: e3.365dm.com
Kini mimpi buruk kemanusiaan ini kembali menjadi kenyataan pahit bagi dunia ketika negara Yaman yang sebelum perang saudara pun sudah tercatat sebagai salah satu negara termiskin di dunia tidak berdaya menghadapi kenyataan pahit yang melanda anak anak dan warganya.

Jika kelaparan yang menimpa Ethiopia sebagian besar diakibatkan oleh faktor alam, maka kini tragedi kemanusia yang melanda Yaman diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak saja disebabkan oleh faktor pendorong yang  berasal dari dalam negeri Yaman, namun juga dari pengaruh dan intervensi negara lain.

Pertarungan politik dan kekerasan

Sudah 3 tahun lamanya Yaman yang merupakan segara Arab termiskin ini mengalami perang saudara yang memporakporandakan hampir seluruh infrastruktur dalam negerinya.

Perang saudara ini berkecamuk akibat perseturan antara pemberontak Houthi yang disinyalir  di dukung oleh Iran dengan kelompok pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi.

Arab Saudi dan sekutunya mulai melakukan intervensi  kisruh politik yang terjadi di Yaman pada tahun 2015 lalu dalam upayanya untuk memukul kelompok pemberotak Houthi yang disebut sebut didukung oleh Iran untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Hadi yang tersingkir dan kini sedang dalam pengasingan.

Kombinasi antara serangan udara yang secara rutin dilakukan dan juga tindakan blokade yang dilakukan baik melalui udara maupun laut berdampak besar pada terjadinya krisis pangan, bahan bakar dan obat obatan.

Bahkan blokade ini semakin diperketat pada bulan November tahun 2017 lalu ketika rudal ditembakkan oleh pemberontak Houthi dengan target ibukota Arab Saudi.  Namun beberapa rudal ini berhasil disergap dan dijatuhkan sebelum mencapai target.

Tragedi Kemanusiaan

Blokade yang dilakukan oleh Arab Saudi dan sekutunya memang sedikit mengendur akibat tekanan dunia agar bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Yaman.  Namun pembukaan blokade ini hanya terjadi secara terbatas karena Arab Saudi dan sekutunya menganggap bahwa bantuan kemanusiaan internasional ini akan digunakan oleh pemberontak Houthi sehingga akan memperkuat kelompoknya.

Situasi yang semakin memburuk selama 3 tahun perang saudara dan intervensi kekuatan dari negara lain ini memicu terjadinya tragedi kemanusiaan yang sulit  dibayangkan terjadi dalam kehidupan modern manusia. Badan kesehatan dunia PBB bahkan menyatakan tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung di Yaman ini merupakan tragedi kemanusiaan terburuk selama 50 tahun terakhir ini yang melanda umat manusia.

Konflik yang terjadi di Yaman saat ini telah memakan korban lebih dari 10.000 jiwa dan mengakibatkan sebanyak  3 juta penduduk Yaman mengungsi.

Serangan udara koalisis Arab Saudi ternyata tidak saja mentargetkan pemberontak Houthi namun juga telah menghancurkan fasilitas rumah sakit dan infrastruktur lainnya. Dampak blokade ini tentu saja menghambat masuknya bantuan kemanusiaan dalam bentuk makanan, obat obatan dan bahan bakar yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Yaman yang sedang sekarat.

Perang saudara dan serangan udara Saudi Arabia dan sekutunya telah menghancurkan hampir seluruh infrastruktue Yaman. Photo: Mohammed Huwais/AFP/Getty Images
Perang saudara dan serangan udara Saudi Arabia dan sekutunya telah menghancurkan hampir seluruh infrastruktue Yaman. Photo: Mohammed Huwais/AFP/Getty Images
Dalam situasi seperti  inilah tragedi kemanusiaan di Yaman dimulai. Kelaparan melanda luas yang berdampak sangat besar bagi anak anak.  Menurut badan kamanusiaan PBB Central Emergency Response Fund (CERF) kelaparan ini telah menimpa sebanyak 8 juta penduduk Yaman

Anak anak yang tidak berdosa yang terkena dampak ini terlihat  tubuhnya hanya seperti tulang yang dibungkus kulit saja. Jelas sekali kelaparan  dan kekurangan gizi yang menimpa anak anak ini akan berdampak besar pada generasi mendatang Yaman.

Kelaparan bukan satu satunya masalah di Yaman. Kombinasi antara kekurangan air bersih dan kehancuran infrastruktur lainnya serta persediaan obat obatan yang sangat minim membuat wabah kolera pada tahun 2017 lalu dan  sampai saat ini masih melanda Yaman. Wabah kolera yang melanda Yaman ini  tercatat sebagai kasus wabah kolera yang terburuk dalam sejarah kehidupan modern manusia yang menjangkiti jutaan orang.

Kini gelombang wabah diphtheria yang mematikan melanda negara Yaman yang sudah porak poranda ini.  Wabah diphtheria yang dapat dicegah melalui imunisasi ini meledak karena imunisasi tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya obat obatan yang diperlukan.

Wabah diphtheria yang sedang melanda yaman ini telah memakan puluhan korban jiwa dan melanda lebih dari 500 orang.  PBB memprediksi  wabah diptheria ini dalam waktu dekat  akan semakin cepat meluas jika obat obatan yang dibutuhkan tidak segera masuk ke Yaman.

Kegagalan Diplomasi Dunia

Tuduhan Arab Saudi dan sekutunya bahwa gerakan pemberontak didukung oleh Iran memang sampai saat ini belum ada bukti yang kuat yang mendukungnya.  Iran sebagai negara tertuduh sudah membantah bahwa negaranya persenjataan untuk mendukung  pemberontak Houthi.

Amerika menjelaskan rudal yang ditembakkan oleh pemberontak Houti ke SArab Saudi adlaah buatan Iran. Photo:media.mehrnews.com
Amerika menjelaskan rudal yang ditembakkan oleh pemberontak Houti ke SArab Saudi adlaah buatan Iran. Photo:media.mehrnews.com
Dari hasil investigasi rudal Houthi yang berhasil ditembak jatuh oleh Arab Saudi memang terlihat rudal tersebut buatan Iran, namun Iran menyangkal bahwa Iran mensuplai Rudal ini. Arab Saudi dan Amerika memang secara terang terangan menuduh bahwa Iran berada di balik gerakan pemberontak Houthi ini.

Serangan udara dan pemblokiran Yaman baik dari udara maupun laut oleh Arab Saudi dan sekutunya dapat dilakukan dengan leluasa dan dilakukan kapan saja jika dimaui.  Dunia seolah tidak berdaya melihat kenyataan yang sedang berlangsung ini.

Serangan udara Arab Saudi terus berlangsung di Yaman. Photo:media.worldbulletin.net
Serangan udara Arab Saudi terus berlangsung di Yaman. Photo:media.worldbulletin.net
Inggris sebagai salah  pemasok persenjataan Arab Saudi terbesar dari Eropa  tahun lalu mendapat tekanan dan juga dianggap turut bertanggung jawab atas terjadinya tragedi kemanusiaan ini. Namun tampaknya atas dasar kepentingan politik dan ekonomi, akhirnya pihak berwenang Inggris menyatakan bahwa penjualan senjata ke Arab Saudi ini tidak melanggar hukum yang berlaku di Inggris.

Inggris bukanlah satu satunya negara Eropa yang tercatat sebagai pemasok senjata ke Arab Saudi.  Negara lain seperti Spanyol,  Czech Republic, Slovakia, Belgia, Swedia, Croatia, Italia, Jerman, dan Perancis juga tercatat sebagai pemasok senjata ke Arab Saudi.

Laporan tragedi kemanusiaan Yaman yang dibuat oleh PPB di akhir tahun lalu juga kandas  hanya sampai  dalam bentuk draf saja karena Arab Saudi yang dianggap sebagai tertuduh utama sebagai penyebab tragedi kemanusiaan ini melakukan protes keras dan menolak laporan ini. Dunia kembali tidak berdaya menghadapi ketidakberdayaan PBB menghadapi pertarungan politik negara anggotanya.

Amerika tampaknya tidak tertarik dengan konflik yang melanda Yaman ini, karena Yaman dianggap bukan negara penting bagi Amerika, juga bukan rahasia lagi jika Arab Saudi sebagai pemain utama di konflik ini didukung penuh oleh Amerika.

Jadi jika ada masalah terkait hak azasi manusia yang terjadi dan dilanggar oleh Arab Saudi, tampaknya Amerika memilih diam dan  tidak melakukan intervensi, karena posisi Arab Saudi dianggap strategis dalam mendukung keseimbangan konflik Arab - Istrael.

Dalam sutuasi dan kondisi seperti inilah kembali dipertanyakan kemana hati nurani dunia  yang tega membiarkan tragedi kemanusiaan ini terjadi di era modern kehidupan manusia.

Rujukan:Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam,Tujuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun