Sumo yang merupakan olahraga tradisional Jepang yang sudah ada selama ratusan  tahun lamanya  dapat diibaratkan sebagai perpaduan antara kekuatan, kedisiplinan dan mungkin juga militerisme.
Pesumo atau yang disebut sebagai Rikishi ini sudah pasti  suatu saat pernah memimpikan akan  mencapai rangking tertinggi yang dinamakan Yokozuna alias Grand Champion yang sangat sulit  dicapai dan tidak semua pesumo akan dapat meraih gelar ini.
Jadi tidak heran jika penobatan Yokozuna tidak saja merupakan peristiwa besar bagi pesumo namun juga berita besar bagi Jepang dan dunia. Â Sosok Yokozuna dianggap sebagai lambang prestasi dan panutan masyarakat.
Kisah kemanusiaan ini bermula ketika seorang pemuda Mongolia yang berusia 16 tahun yang mempertaruhkan nasibnya di Jepang untuk menjadi pesumo. Pemuda yang bernama Harumafuji ini berhasil menunjukkan keuletan dan kepiawaiannya dalam menjatuhkan lawannya dan mendorong lawannya keluar arena. Akhirnya pada tahun 2012 Harumafuji berhasil meraih rangking tertinggi dalam olahraga sumo yaitu Yokozuna.
Kasus ini menjadi pemberitaan besar di Jepang mengalahkan pemberitaan tentang program nuklir Korea Utara. Kasus ini terungkap kepermukaan akibat tercium oleh press. Dalam kasus ini Harumafuji mengakui kesalahannya karena telah memukul kepala Takanoiwa dengan remote control mesin karaoke di tempat karaoke yang bernama Tottori.
Alasan kenapa Harumafuji memukul juniornya ini adalah karena Takanoiwa dianggap tidak menghargai Harumafuji sebagai seniornya ketika sedang memberikan arahan dengan memperhatikan HP nya. Â Akibatnya Takanoiwa dibawa ke rumah sakit untuk dirawat karena menderita geger otak dan retak pada tengkorak kepalanya.
Dalam olahraga sumo hieraki senioritas  memang sangat ketat sampai dalam hal  menu, tatacara makan serta akomodasi pun harus berdasarkan urutan prestasi dan senioritas. Tradisi hirarki yang sangat ketat ini akan mewarnai cara hidup seorang pesumo.
Mengundurkan diri sebagai pesumo Yokozuna saja sudah  dianggap sebagai sesuatu yang sangat luarbiasa bagi Harumafuji karena akan mengakhiri karirnya untuk selama lamanya sekaligus meninggalkan segala fasilitas dan kegemerlapan seorang Yokozuna.
Hukuman kedua yang harus diterima oleh Harumafuji setelah mengundurkan diri adalah denda sebesar 500.000 yen atau sekitar US$ 4.400 karena dirinya dinyatakan bersalah oleh pihak berwenang 2 hari yang lalu. Â Bagi seorang Yokozuna uang sebesar ini tentu saja tidak ada artinya sama sekali, namun justru keputusan bersalah dalam tindakannya inilah yang akan menghukumnya secara sosial.
Dalam kasus kekerasan ternyata  Harumafuji bukanlah satu satunya pihak yang dianggap paling bertanggung jawab dalam kejadian yang menggemparkan Jepang ini, namun juga menyeret dua orang lainnya yang dikenakan tindakan disiplin dan juga pelatih Takanoiwa yang semuanya dianggap lalai menunda melaporkan kejadian kekerasan yang dilakukan oleh Harumafuji.
Atas segala kejadian yang dialaminya, Harumafuji mengatakan:
"Kehidupan saya sekarang sangat berbeda sejak mengundurkan diri sebagai pesumo pada bulan Desember 2017 lalu. Perasaan saya hancur, namun saya mengakui sepenuhnya bahwa kejadian tersebut adalah semuanya kesalahan saya dan saya bertangungjawab penuh atas kejadian tersebut"
Kekerasan yang terjadi dalam dunia olahraga sumo yang dilakukan oleh Harumafuji, bukanlah  yang pertama kali terjadi. Pada tahun 2016 misalnya seorang pesumo dan pelatihnya didenda sebesar $300.000 akibat tindakannya menganiaya pesumo lainnya yang mengakibatkan pesumo tersebut kehilangan salah satu penglihatannya.
Mungkin bagi Yokuzuna Harumafuji tidak pernah terbayangkan dalam benaknya suatu saat dalam perjalanan karirnya akan tersandung skandal yang menyebabkan kehancuran reputasi dan karirnya yang dicapai dengan susah payah hanya karena sebuah remote control yang dia gunakan untuk memukul pesumo juniornya.
Rujukan:Satu,Dua, Tiga,Empat, Lima,Enam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H