Gejolak politik melanda wilayah ini pada tahun 1640-1659 ketika terjadi pemberontakan dan perlawanan terhadap kerajaan akibat sistem perpajakan yang diberlakukan. Gejolak ini ternya terus melebar sehinga melibatkan perang dengan Perancis.
Titik sejarah yang menandai meredupnya kejayaan kerajaan Catalonia terjadi pada tahun 1659 ketika Spanyol menandatangani yang dinamakan Treaty of the Pyrenees yaitu kesepakatan kerjasama dengan Perancis yang membuat Catalonia kehilangan sebagian besar wilayah utaranya.
Ketika terjadi pergulatan kekuasaan di kerajaan Spanyol pada tahun 1705, Catalonia membuat kesepakatan dengan kerajaan Inggris, Belanda dan Austria yang saat itu tidak setuju dengan kebijakan kerajaan Spanyol.
Peperangan yang memakan banyak korban ini ternyata membawa kerajaan Inggris menandatangi perjanjian Treaty of Utrecht yang menandai berakhirnya peperangan. Penandatangan ini membuat kerajaan Inggris memiliki hak untuk melakukan perdagangan di wilayah yang disepakati termasuk di wilayah Gibraltar.
Perubahan arus politik ini ternyata membuat Catonia ditinggalkan oleh para sekutunya. Perang yang berlanjut dengan Spanyol ini akhirnya membuat Catalonia menyerah.
Sebagai hukuman dari perjuangan Catalonia melawan kerajaan Spanyol ini, pada tahun 1714 Catalonia diharuskan menerima dekrit yang dinamakan Decree of Nueva Planta yang pada intinya memuat perintah untuk membubarkan pemerintahan mandiri Catalonia. Bersamaan dengan peristiwa ini bahasa Catalonia mulai dilarang digunakan.
Api perjuangan kaum Catalan ternyata masih terus membara ketika seorang prajurit sekaligus politisi yang bernama Francesc Macia memproklamirkan Republik Catalonia pada tahun 1931.
Pada tahun 1936 Spanyol mengalami gejolak politik ketika Jenderal Francisco Franco melakukan kudeta militer yang berakibat pada perang saudara selama 3 tahun.
Pada tahun 2005 Catalonia mendapatkan status otonomi yang disepakati oleh parlemen Catalonia dan pemerintahan Spanyol.