Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Putih Prabowo akan Layu Sebelum Berkembang

27 Oktober 2017   11:34 Diperbarui: 27 Oktober 2017   14:36 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Landasan berpikir Prabowo bahwa sumberdaya manusia yang berkualitas akan sangat ditentukan oleh kecukupan protein sudah benar. Kecukupan protein ini memang sangat vital bagi perkembangan sel sel otak terutama fase pertumbuhan dan perkembangan otak.

Namun sayangnya ketika meluncurkan ide revolusi putih yang tentunya sudah digodog dan dipikirkan matang matang oleh para pakar yang berada di belakang  Prabowo banyak sekali faktor  X yang diabaikan, sehingga tampak sekali pola pemikiran liniernya yaitu, jika anak anak dalam masa pertumbuhan diberikan susu terutama susu segar maka akan peningkatkan kecerdasan.

Revolusi Putih Prabowo ini hanya dapat terlaksana  jika di Indonesia sudah dijamin tingkat produksi susu segar untuk memenuhi kebutuhan program yang diluncurkan dan untuk mencapi hal tersebut sudah jelas banyak sekali kendala yang harus dihadapi dan diselesaikan.

Kendala mengkonsumsi susu segar

Jika kita tengok ke belakang kita akan menemukan fakta bahwa sebelum penjajah kolonial Belanda masuk ke Indonesia,  masyarakat tidak memiliki kebiasaan minum susu, terutama susu segar.  Belanda mendatangkan sapi perah dan juga mengimpor susu ditujukan untuk kebutuhan noni noni dan sinyo sinyo Belanda yang memang memiliki kebiasaan minum susu segar setiap harinya sebagai bagian dari pemenuhan gizi harian.

Tidak dapat dibantah memang susu merupakan salah satu sumber protein, asam amino esensial, lemak dll yang terlengkap, disamping itu protein susu memang mudah dicerna.

Namun sayangnya ras Asia termasuk Indonesia pada umumnya memang tidak memiliki gen khusus yang dapat mencerna dengan baik kandungan laktosa dalam susu.  Akibatnya kebanyakan orang Indonesia jika mengkonsumsi susu segar akan mengalami lactose intolerance.

Gejala yang ditunjukkan oleh orang yang tidak toleran pada laktosa ini  muncul dalam reaksi ringan berupa diare dan produksi gas yang berlebihan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan kembung, sampai pada gejala yang berat berupa gangguan pencernaan akut  jika mengkonsumsi susu segar.

Mengkonsumsi susu segar memang akan mendapatkan dampak positif berupa protein dan kandungan gizi susu lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan, namun juga akan berdampak buruk bagi kesehatan terutama pada orang yang  tidak mampu mentoleransi laktose secara akut.

Jika kita berbicara masalah produksi susu sapi di Indonesia, maka kita akan menemukan fakta bahwa produksi susu di Indonesia memang masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negera tentangga ASEAN sekalipun. Konsumsi susu Indonesia per kapita terendah jika dibandingkan negara ASEAN lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena mengkonsumsi susu segar itu bukan merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat Indonesia.

Kendala geografis budidaya

Kendala utama yang dihadapi dalam budidaya sapi perah adalah diperlukannya kisaran susu yang optimal yang relatif  sejuk dengan kisaran 18-22oC.  Pada suhu ini sapi perah jika diberikan pakan yang berkecukupan akan memproduksi susu secara  optimum.

Ada hal yang mungkin terlupakan oleh para perancang revolusi putih Prabowo  ini yaitu  susu segar hanya bisa mulai didapat dari sapi betina apabila sapi perah sudah kawin, bunting dan melahirkan. Hal ini berarti mempeorduksi susu memerlukan waktu dan    jika reproduksi sapi perah ini tidak berjalan dengan baik maka sapi tidak  bunting dan tidak akan menghasilkan susu.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa angkat sevice per conception sapi perah yang dikawinkan melalui kawin suntik  (inseminasi buatan) angkanya bahkan sudah mencapai 3 yang artinya untuk bunting rata rata diperlukan 3 kali kawin suntik. Memburuknya reproduksi sapi perah ini tidak akan pernah terlepas dari pengaruh stess panas, rendahnya  kualitas pakan, parasit dan penyakit.

Program revolusi putih yang cukup berhasil terjadi di Thailand.  Keberhasilan program pemberian susu segar di Thailand ini tidak lepas dari penyusunan program jangka panjang yang matang dan langsung ditangani oleh Raja.

Sebagai catatan koperasi sapi perah pertama di Thailand didirikan oleh Raja Thailand diera tahun 1970 an  dan sang Raja langsung turun tangan untuk membina dan membesarkannya. Pelajaran penting dari peternakan sapi perah di Thailand ini adalah perancangan skala peternakannya yang memungkinkan peternak sapi perah dapt hidup dengan layak.

Peran raja Thailand sangat sentral dalam pengaturan penyerapan produksi susu koperasi untuk keperluan konsumsi susu segar anak sekolah.  Dengan jaminan ini maka para peternak sapi perah tidak perlu pusing memasarkan hasil produksi susunya.

Di Thailand peternak sapi perah rata rata memilik sekitar 10-12 sapi perah sekaligus dilengkapi dengan luasan tanah untuk tanaman pakan ternak dan kolam ikan rata rata seluas  3 hektar.  Melalui rancangan seperti ini, para peternak di Thailand dapat hidup mandiri dengan menggantungkan produksi susu sapinya, produksi ikan, dan produksi tanaman pangannya seperti jagung yang dipanen muda serta dari penjualan limbah sapi berupa kotoran dan urin sapi. 

Limbah tanaman jagung yang telah dipanen jagung mudanya dapat menjadi andalan sebagai sumber hijaun pakan sapi perahnya disamping tentunya rumput yang ditanam di lahan tersebut.

Rendahnya kualitas dan kuantitas susu hasil peternakan rakyat di Indonesia membuat pabrik susu olahan di Indonesia lebih memilih untuk mengimpor skim (susu tanpa lemak) bubuk untuk proses susu UHT, susu kemasan kotak, dan produk olahan lainnya.

Kendala utama berfluktuasinya kualitas susu dari peternakan rakyat ini memang terkait erah dengan penangan susu setelah diperah dan kecilnya skala pemeliharaan (rata rata 2-3 ekor per peternak). Sehingga susu yang dihasilkan kandungan lemak susunya seringkali tidak mencapai persyaratan yang diminta dan juga kandungan bakteri susunya yang seringkali melebihi batas yang diperbolehkan.

Dengan berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa  Indonesia tidak akan pernah swasembasa susu sapi segar.  Hal ini terutama disebabkan karena laju permintaan yang semakin meningkat dan produksi susu sapinya tidak akan pernah dapat memenuhi permintaan yang tinggi ini akibat keterbatasan geografis yang memerlukan persyaratan khusus untuk peternakan sapi perah.

Kendala utama produksi susu sapi di Indonesia adalah keterbatasan area yang memenuhi persyaratan geografis yang memiliki kisaran suhu 18-22oC.  Memang dengan menggunakan sistem peternakan tertutup dapat saja sapi perah dipelihara di kandang tertutup yang dilengkapi dengan pengatur suhu sehingga sapi dapat hidup, berproduksi dan hidup secara nyaman.  Namun tentunya biaya produksi susu dengan cara seperti ini di Indonesia sudah dapat dipastikan tidak akan dapat mendapatkan keuntungan mengingat harga susu sapi segar yang kurang menjanjikan.

Jadi revolusi putih ini hanya akan dapat terlaksana jika Indonesia melakukan investasi besar besran dalam peternakan sapi perah yang dikombinasikan dengan mengimpor susu segar sejumlah kekurangan produksi yang dipenuhi oleh produksi susu sapi perah dalam negeri.  Artinya revolusi putih ini akan dapat terlaksana jika semua persyaratan di atas dipenuhi dan tentunya akan menggerus devisa negara secara besar besaran terutama dalam mengimpor bibit sapi perah dan juga susu segar.

Perlu disempurnakan

Ide Parbowo untuk mencerdaskan bangsa melalui pemenuhan protein dan gizi dari produk hewani memang perlu diapreasiasi namun pemilihan susu sapi segar sebagai sumber pemenuhan sudah dapat dipastikan akan mengalami kendala yang sangat banyak sekali dan akhirnya akan layu sebelum berkembang.

Sudah sangat betul jika menteri kesehatan RI meragukan pelaksanaan revolusi putih ini di Indonesia.  Kebutuhan protein hewani memang dapat dipenuhi dari berbagai sumber terutama berbagai jenis ternak dan ikan.  Susu, daging, ikan dan telur merupakan sumber protein hewani  yang sangat penting bagi perkembangan otak dan kesehatan anak.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa telur merupakan sumber protein lengkap lainnya yang murah dan mudah didapat.  Disamping itu ikan Indonesia yang berlimpah yang belum termanfaatkan dengan baik juga merupakan sumber protein hewani lainnya.

Revolusi putih yang bertumpu pada susu sapi segar yang sangat sulit untuk direalisasikan sebaiknya diganti dengan revolusi putih lainnya yang bukan berasal dari susu sapi namun dari ikan atau diubah menjadi revolusi putih kuning yang mengandalkan telur.

Seringkali konsep pemikiran yang sangat baik kandas di tahap operasionalnya karena tidak dipertimbangkan teknik pelaksanaannya di lapangan akibat tidak dilibatkan para pakar teknologi produksi sehingga ide yang sangat  mentereng ini akan terus menjadi ide selamanya karena tidak akan pernah terealisasi akibat besarnya kendala di lapangan.

Revolusi putih sebagai lontaran ide untuk menarik simpati petani peternak dan masyarakat dinilai cukup berhasil sebagai  upaya testing the water untuk pemanasan menjelang pilpres 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun