Kendala utama yang dihadapi dalam budidaya sapi perah adalah diperlukannya kisaran susu yang optimal yang relatif  sejuk dengan kisaran 18-22oC.  Pada suhu ini sapi perah jika diberikan pakan yang berkecukupan akan memproduksi susu secara  optimum.
Ada hal yang mungkin terlupakan oleh para perancang revolusi putih Prabowo  ini yaitu  susu segar hanya bisa mulai didapat dari sapi betina apabila sapi perah sudah kawin, bunting dan melahirkan. Hal ini berarti mempeorduksi susu memerlukan waktu dan   jika reproduksi sapi perah ini tidak berjalan dengan baik maka sapi tidak  bunting dan tidak akan menghasilkan susu.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa angkat sevice per conception sapi perah yang dikawinkan melalui kawin suntik  (inseminasi buatan) angkanya bahkan sudah mencapai 3 yang artinya untuk bunting rata rata diperlukan 3 kali kawin suntik. Memburuknya reproduksi sapi perah ini tidak akan pernah terlepas dari pengaruh stess panas, rendahnya  kualitas pakan, parasit dan penyakit.
Program revolusi putih yang cukup berhasil terjadi di Thailand. Â Keberhasilan program pemberian susu segar di Thailand ini tidak lepas dari penyusunan program jangka panjang yang matang dan langsung ditangani oleh Raja.
Sebagai catatan koperasi sapi perah pertama di Thailand didirikan oleh Raja Thailand diera tahun 1970 an  dan sang Raja langsung turun tangan untuk membina dan membesarkannya. Pelajaran penting dari peternakan sapi perah di Thailand ini adalah perancangan skala peternakannya yang memungkinkan peternak sapi perah dapt hidup dengan layak.
Peran raja Thailand sangat sentral dalam pengaturan penyerapan produksi susu koperasi untuk keperluan konsumsi susu segar anak sekolah. Â Dengan jaminan ini maka para peternak sapi perah tidak perlu pusing memasarkan hasil produksi susunya.
Di Thailand peternak sapi perah rata rata memilik sekitar 10-12 sapi perah sekaligus dilengkapi dengan luasan tanah untuk tanaman pakan ternak dan kolam ikan rata rata seluas  3 hektar.  Melalui rancangan seperti ini, para peternak di Thailand dapat hidup mandiri dengan menggantungkan produksi susu sapinya, produksi ikan, dan produksi tanaman pangannya seperti jagung yang dipanen muda serta dari penjualan limbah sapi berupa kotoran dan urin sapi.Â
Limbah tanaman jagung yang telah dipanen jagung mudanya dapat menjadi andalan sebagai sumber hijaun pakan sapi perahnya disamping tentunya rumput yang ditanam di lahan tersebut.
Rendahnya kualitas dan kuantitas susu hasil peternakan rakyat di Indonesia membuat pabrik susu olahan di Indonesia lebih memilih untuk mengimpor skim (susu tanpa lemak) bubuk untuk proses susu UHT, susu kemasan kotak, dan produk olahan lainnya.
Kendala utama berfluktuasinya kualitas susu dari peternakan rakyat ini memang terkait erah dengan penangan susu setelah diperah dan kecilnya skala pemeliharaan (rata rata 2-3 ekor per peternak). Sehingga susu yang dihasilkan kandungan lemak susunya seringkali tidak mencapai persyaratan yang diminta dan juga kandungan bakteri susunya yang seringkali melebihi batas yang diperbolehkan.
Dengan berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa  Indonesia tidak akan pernah swasembasa susu sapi segar.  Hal ini terutama disebabkan karena laju permintaan yang semakin meningkat dan produksi susu sapinya tidak akan pernah dapat memenuhi permintaan yang tinggi ini akibat keterbatasan geografis yang memerlukan persyaratan khusus untuk peternakan sapi perah.