Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Daging Kerbau Impor Tidak Akan Berpengaruh Besar pada Penurunan Harga Daging Sapi

17 April 2017   05:47 Diperbarui: 17 April 2017   15:00 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh sebab itu,  swasemba daging nasional lebih tepat diartikan sebagai kecukupan daging nasional yang didalamnya ada komponen produksi daging dalam negeri dan komponen impor daging.

Potongan daging kerbau. Photo: www.animalsciencepublications.org
Potongan daging kerbau. Photo: www.animalsciencepublications.org
Daging kerbau sampai saat ini memang sulit mendapat tempat di hati konsumen karena pada umunya orang belum biasa mengkonsumsi daging kerbau.  Warna daging kerbau yang lebih gelap dan juga strukur seratnya yang lebih kasar membuat orang berpendapat bahwa kualitas daging kerbau lebih rendah jika dibandingkan dengan daging sapi.

Oleh sebab itu,  strategi pemasaran daging kerbau harus disertai dengan program sosialisasi yang gencar juga terutama di wilayah dimana permintaan daging sangat tinggi seperti di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Program sosialisasi ini memang sangat diperlukan untuk mendidik konsumen  bahwa nilai gizi daging kerbau tidak berbeda jauh dengan daging sapi.  Bahkan daging kerbau dinilai lebih sehat jika dibandingkan dengan daging sapi karena kandungan protein daging kerbau lebih tinggi jika dibandingkan dengan daging sapi (20,33 vs 19.0 g), lemak yang jauh lebih rendah (1,37 vs  10,19 g), energi lebih tinggi (193 vs 99 kkal), asam lemak jenuh yang lebih rendah (0,460 vs 99 kkal).

Mengingat keterbatasan penerimaan  daging kerbau saat ini, maka daging kerbau impor harus diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan daging terutama di wilayah dimana daging kerbau sudah biasa dikonsumsi.  Sedangkan di wilayah dimana orang belum  mengenal dengan daging kerbau dengan baik,  pada tahap awal sebaiknya daging kerbau impor ini lebih ditujukan sebagai pemasok kebutuhan daging olahan seperti baso, sosis, burger, dendeng, abon dll

Melalui cara ini secara perlahan daging kerbau impor akan masuk dalam sistem perdagingan nasional sehingga melalui diversifikasi daging ini keberadaan daging kerbau impor secara perlahan akan mengurangi tekanan permintaan akan daging sapi.

Seperti yang telah diuraikan di atas mengharapkan impor daging kerbau akan berdampak besar pada penurunan harga daging sapi yang siknifikan  tidaklah realistis.

Ada satu hal yang sangat jarang dibahas dalam kebijakan impor daging sapi ini yaitu pelemahan nilai rupiah kita.  Sehingga kita cenderung salah kaprah menyimpulkan bahwa harga daging terus melambung tinggi semata mata terkait dengan permasalahan daging impor.

Jika kita analisa perubahan harga daging sapi di Australia sebagai pemasok utama daging impor, maka pergeseran harga daging dalam kurun waktu 30 tahun terakhir sangat kecil bahkan relatif stabil.  Harga daging kualitas biasa kisarannya anra AUD$20-28 setiap kilo nya.

Coba bandingkan nilai tukar rupiah sekitar 25 tahun lalu dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia sekarang.  Nilai tukar rupiah di era tahun 1980 an hanya sekitar Rp. 3000 an untuk setiap 1 dolar Australia, namun sekarang sudah mencapai Rp. 9000 an.  Artinya peningkatan harga daging di Indonesia salah satu penyebab utamanya adalah pelemahan nilai rupiah.

Marilah kita berpikir lebih realistis bahwa permasalahan tingginya daging di Indonesia  sebagian besar bersumber dari dalam negeri bukan dari impor.  Keterbatasan lahan dan produktivitas sapi lokal yang menyebabkan produksi daging nasional belum mampu memenuhi tekanan permintaan daging yang terus meningkat tajam memang bukanlah hal yang gampang untuk diselesaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun