El Nino diprediksi akan menyebabkan kekeringan di wilayah Asia. Photo: http://www.phnompenhpost.com
Laporan Oxfam mengindikasikan bahwa kekeringan yang diakibatkan oleh El Nino yang melanda dunia saat ini akan berdampak buruk pada produksi beras di kawasan Asia dan mengancam ketahanan pangan di wilayah ini.
Melihat perkembangan fenomena El Nino di pertengahan musim monsoon, diprediksi akibatnya akan lebih buruk jika dibandingkan kekeringan yang melanda dunia pada tahun 1997-1998. Diperkirakan pengaruh El Nino ini akan berlanjut pada tahun 2016. Sebagai contoh di wilayah Asia selatan umumnya curah hujan menurun sebanyak 23 % dan di beberapa wilayah bahkan El Nino menyebabkan penurunan curah hujan sampai 90%.
Â
Fenomena El Nino dimana terjadi pemanasan di laut pasifik diprediksi mencapai puncaknya tahun ini dan menyebabkan pola cuaca yang tidak beraturan di berbagai belahan dunia dan secara spesifik akan menurunkan curah hujan yang signifikan diwilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Â
FAO memprediksikan bahwa El Nino ini akan berdampak pada produksi beras di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Anomali iklim ini diperkirakan akan menurunkan produksi beras sebanyak 6,5 juta ton pada bulan Juli lalu dari total produksi beras dunia sebesar 742,6 juta ton. Jika kekeringan ini terus berlanjut maka diperkirakan produksi beras dunia akan semakin menurun.
Bagaimana dengan Indonesia?
Anomali iklim El Nino yang menyebabkan kekeringan juga menimpa Indonesia. Dampak dari kekeringan ini sudah mulai dirasakan seperti misalnya tidak terkendalinya kebakaran hutan dan kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia yang mempengaruhi produksi beras.Â
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang makanan pokoknya sangat tergantung pada beras, sehingga tentunya kekeringan ini sudah dapat dipastikan akan menurunkan produksi beras dan stok beras nasional.
Indonesia mau tidak mau harus dapat bersiap diri untuk menghadapi fenomena global ini. Kekeringan ini tentunya akan menurunkan produksi padi dan beras nasional sekaligus akan menggerus stok beras nasional untuk menjaga ketahanan pangan.
Â
Hal lain yang perlu diingat adalah fenomena El Nino ini merupakan fenomena global yang juga melanda negera-negara penghasil beras lainnya. Jadi negara pengekspor beras juga akan berpikiran dan memiliki strategi yang sama yaitu mengamankan stok beras nasionalnya.
Â
Jadi dalam kasus ini walaupun Indonesia memiliki uang untuk mengimpor beras, belum tentu negara mitra Indonesia yang selama ini menjadi pemasok beras Indonesia mau menjual stok berasnya. Skenario optimisnya adalah negera tersebut akan mengurangi jatah ekspor berasnya untuk kebutuhan dalam negeri, tapi masih mau membuka kran ekspor berasnya ke Indonesia. Hal ini berarti Indonesia akan kesulitan untuk mendapatkan beras impor karena adanya pembatasan ini.
Â
Beras bagi Indonesia bukan hanya sekedar bahan pangan melainkan sudah berubah menjadi bahan pangan sekaligus komoditi politis, karena hampir sebagian besar orang Indonesia bahan makanan pokoknya adalah beras. Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa kekurangan beras nasional akan berubah menjadi kehebohan politik, karena pastilah banyak pihak yang berkepentingan secara politis akan menyudutkan pemerintah dengan dalih membela rakyat banyak.
Mudah-mudahan para pemegang amanah dapat berpikir keras untuk membuat perencanaan darurat dalam mengantisipasi dampak kekeringan ekstim yang sedang ada akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan sampai dengan triwulan tahun 2016.
Sumber utama : FAO, http://www.scidev.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H