Padatnya kereta komuter bogor-jakrata. Photo: kepo.my.id
Ketika angkot mulai diperkenalkan untuk menggantikan bemo di tahun 1987 an, tidak ada yang menyangka bahwa saat ini angkot di kota bogor sudah menjadi penyakit akut yang sulit sekali dipecahkan permasalahnnya karena jumlahnya yang sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Di jaman pemerintah kolonial Belanda kendaraan utama di Bogor adalah delman (kereta berkuda). Jenis kendaraan inilah yang dianggap paling cocok dengan kondisi jalan yang turun naik dan lingkungan kota Bogor yang sebagian besar jalannya tidak dapat diperlebar karena kontur lahan dan sungai yang ada. Kini sudah dapat dipastikan tingkat pencemaran kualitas udara akibat buangan angkot jauh melebih tingkat pencemaran ketika bemo masih ada.
Masalah lain yang paling masif di kota dan Kabupaten Bogor adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi wilayah perumahan dan wilayah komersil. Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir tidak terhitung lagi berapa ratus ribu hektar lahan subur berubah menjadi wilayah perumahan dan perdagangan. Sebut saja wilayah yang kini menjadi perumahan di kawasan puncak, kawasan Ciawi, kawasan Cimanggu, kawasan Ciomas, Wilayah Pagelaran, wilayah di sepanjang toll Jagorawi mendekati kota Bogor dll.
Â
Alih fungsi lahan ini sudah demikian masif dan tidak terkendalinya walaupun sebenarnya sudah ada rencana tata ruang untuk kawasan ini. Tidak jauh –jauh contoh lain yang sangat mencengangkan adalah alih fungsi lahan pertanian subur di jalan tembus CIFOR ke kampus IPB Darmaga. Bagaimana lahan pertanian yang sangat subur kini secara cepat dan pasti berubah menjadi wilayah perumahan. Konon pihak Institut Pertanian Bogor sudah berusaha untuk mempertahankan fungsi lahan di wilayah ini, namun kembali permintaan yang tinggi dan uanglah yang lebih berkuasa, sehingga alih fungsi lahan ini telap melaju dan tidak dapat dihadang.
Di era tahun 70 an ketika hanya ada kampus Fakultas Kehutanan IPB yang menghuni kampus Darmaga, jalan dari Bogor menuju Kampus IPB darmaga demikan lengangnya bahkan di sore dan malam mari jarang ada yang berani kesana karena masih ada begal. Kini jalur ini merupakan salah satu jalur termacet di Bogor yang sampai saat ini masih belum ada cara jitu untuk mengatasinya.
Â