Mohon tunggu...
-
- Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Biarkan bahasa memelukmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nama

10 Agustus 2014   21:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku punya nama.

Nama saat bersamamu, nama saat bersamanya.

Nama saat aku lelah berdiri sendirian, nama saat kau dan yang lain mencaciku.

Yang untuk melahirkan nama itu, aku harus dilempari banyak pilu.

Yang demi memunculkan nama itu, aku harus membangun benteng tinggi.

Aku punya banyak nama.

Nama saat aku menemukanmu lagi, nama saat aku membuangmu lagi.

Nama saat aku merasa lebih baik aku tidak ada saja, nama saat aku berpikir hidup bukanlah dongeng.

Yang untuk menghidupkannya, aku harus menggapai-gapai asa yang terlalu tinggi.

Yang demi mempertahankannya, aku harus tetap bernafas; menelan pahit harapan yang tak kunjung kabul.

Namaku kali ini masih tentang aku dan kau.

Ia tercipta di sela-sela cumbuan malam.

Dan telah aku buang bersama jiwaku pagi tadi, berharap kau tidak tahu inilah aku yang asli.

Nama,

Nama,

Nama.

Bolehkan aku mencaci Shakespeare atas kalimatnya?

Aku tidak boleh tidak bernama. Aku mati tanpa nama, brengsek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun