"iya, ayo kita kesana"
Akhirnya kami pun bergegas menuju ke tempat Rey menahan jatuhnya meteor,sesampainya disana Levy berteriak dengan kencang memanggil nama Rey berkali-kali.
"Rey!Rey! kamu dimana?"
Aku pun ikut berteriak memanggi n nama Rey.
"Rey! kamu dimana, kamu harus bertahan.."
Tiba-tiba saja Levy berteriak "R-eeeee-y!!!"
Ternyata Levy menemukan Rey, sambil berlari kami menuju ke tempat Rey terbaring tak sadarkan diri dengan penuh luka di sekujur tubuhnya.
Levy langsung memeluk Rey yang terbaring tak bernyawa dan berteriak "Rey.. Rey? Reeyy! Bangun Rey! Reeeey!" Akhirnya setetes cairan bening turun dari mata Levy. Dia sudah tidak kuat menahan rasa sedihnya. Diguncangnya tubuh tak bernyawa Rey, berharap itu akan membuat Rey bangun. Tapi percuma. Itu tidak berguna. Dipeluknya kembali tubuh Rey. Levy berpikir kadang Tuhan itu tidak adil. Disaat ada seseorang yang benar-benar peduli kepadanya, Tuhan malah mengambil nyawa orang itu.
"Rey, Rey…. Hiks. Rey, kamu tau? Seumur hidup belum pernah ada orang yang mengorbankan nyawanya buat orang lain. Kamu yang pertama Rey. Aku… Aku tidak tau ini cinta atau apa. Tapi yang jelas disini rasanya sakit." Levy memegang dadanya. Merasakan sakit yang luar biasa disana. "Apa ini rasanya kehilangan orang yang disayangi? Jawab aku Rey, Hiks..."
Rey selalu memberikan perhatian pada Levy. Saat di sekolah, di taman, dan saat mereka bersama. Levy sadar, dia sama sekali tidak pernah membalas perhatian Rey. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat. Tidak akan ada lagi Rey yang selalu memperhatikannya. Tidak akan ada lagi Rey yang selalu menyemangatinya. Levy kembali terisak saat mengingat memori-memori itu
.
"Kamu jahat Rey, kamu pergi tanpa sempat mendengar perasaanku. Setidaknya dengar dulu perasaanku ini. Akua menyayangimu Rey… Jadi kembalilah padaku. Aku masih ingin menghabiskan waktu denganmu. Tuhan, kenapa Kau begitu kejam? Aku belum sempat membalas kebaikan Rey, tolong putar kembali waktuku ya Tuhan. Aku ingin memulai dari awal. Tolong... "