Saya teringat pernah membaca sebuah jurnal yang ditulis oleh salah seorang sarjana di Universitas Gajah Mada yang mengutip buku Swiss dan Kolonialisme karya Andreas Zangger. Dalam buku tersebut diulas bahwa Swiss, negara yang saat ini diidam-idamkan oleh banyak warga dunia karena keindahan alamnya, tingkat kesejahteraan penduduknya dan angka korupsi yang rendah, ternyata di zaman dulu adalah salah satu negara yang ikut terlibat dalam kolonialisme di Asia dan Afrika.
Berdasarkan penelusuran Zangger, Swiss berperan dalam menyuplai tentara mulai dari VOC hingga KNIL dan ikut menyukseskan perdagangan budak di Afrika dan Karibia untuk dipekerjakan di tanah-tanah jajahan. Ketika itu Swiss benar-benar menikmati kekayaan yang mereka hisap dari negara-negara jajahan. Swiss dengan segala kemakmurannya berdiri di atas kemelaratan negara lain. Negara-negara bekas jajahan Swiss-meskipun tidak berkuasa penuh-seperti Indonesia dan Karibia kini masih menanggung sisa-sisa dari kolonialisme tersebut.
Saya mengutip Swiss sebagai contoh dalam tulisan ini karena dalam wacana mainstream, Swiss sangat jarang disebut sebagai salah satu negara yang terlibat dalam proyek besar kolonialisme eropa. Nama-nama pemain besar seperti Spanyol, Portugal, Inggris, Perancis dan Belgia saya kira tak perlu lagi diuraikan di sini. Segala kemakmuran yang mereka peroleh saat ini adalah berkat kolonialisme di masa lalu.
Lalu setelah itu poinnya apa? Tanpa bermaksud meringkas segala kepelikan akademis dan runtutan kaidah penarikan kesimpulan dalam sebuah artikel ilmiah, ya karena tulisan ini dimaksudkan untuk khalayak umum, saya bermaksud menyampaikan bahwa ada sebuah kaitan historis dan sistemik antara kesejahteraan suatu negara, rendahnya korupsi dan sebagainya dengan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tingginya angka korupsi di negara lain.
Jika mengutip Daren Acemoglu dan James A. Robinson dalam bukunya Why Nations Fail, mereka menyebutkan bahwa tatkala para penakluk Spanyol membangun koloni di Amerika Latin, mereka membangun institusi politik yang ekstraktif dimana para elit penakluk Spanyol berada pada posisi penguasa dan para penduduk pribumi sebagai budak yang melayani kelas penguasa. Institusi ekonomi yang dibangun pun adalah institusi yang ekstraktif dimana sumber daya alam digunakan untuk kepentingan elit penguasa. Dan hampir semua negara kolonial melakukan hal tersebut.
Warisan institusi tersebutlah yang nantinya akan menentukan watak negara-negara bekas jajahan. Apakah ia akan berakhir menjadi negara yang makmur atau terjebak dalam kemiskinan.
Warisan kolonialisme Belanda tentunya memiliki pengaruh besar terhadap sendi-sendi kehidupan bernegara kita. Selain sistem hukum, sebagaimana yang dikatakan oleh Agus Rahardjo (Ketua KPK 2015-2019) bahwa korupsi adalah salah satu warisan tersebut. Bukan bermaksud mengatakan bahwa akar korupsi di Indonesia akhir pelacakannya berada pada VOC dan Belanda tetapi pola-pola yang diciptakan kolonialisme mampu menjadi ekosistem yang layak huni bagi bertumbuhnya korupsi. Dan korupsi adalah salah satu penyebab kemiskinan suatu negara.
Pasca Indonesia merdeka, kaum pribumi yang telah terbiasa korup hasil bentukan kolonialisme Belanda, terutama dari kalangan priyayi dan bangsawan meneruskan tradisi tersebut. Perkebunan-perkebunan dan tambang yang dulunya menjadi tempat eksploitasi pekerja pribumi, pasca kemerdekaan diambil alih oleh negara.
Tetapi seiring proses, sumber daya dalam jumlah besar tersebut yang seharusnya dikembalikan kepada rakyat malah diambil alih oleh perusahaan-perusahaan swasta yang tak mengenal kepentingan rakyat, dan hal tersebut didukung oleh negara terutama pada zaman orde baru. Maka benarlah istilah ekonomi ekstraktif yang dikatakan Acemoglu dan Robinson di atas sebagai sumber utama kemiskinan suatu negara. Penjajahan menemukan bentuk barunya.
Kolonialisme hari ini
Tahun 2019 saya pernah terlibat dalam kegiatan advokasi imigran rohingya yang menetap di Makassar. Singkat cerita, selama proses advokasi tersebut saya banyak mendengar kisah pilu dari para imigran mengenai kekejaman pemerintah Myanmar terhadap mereka. Saya pun melakukan riset kecil-kecilan dan menemukan sebuah jawaban yang cukup mencengangkan.