Beberapa kali kami mengirimkan menu makanan yang Mama kehendaki, hingga puncaknya sesaat sebelum saya berangkat (16/1/2021) untuk bermalam sebelum menghadiri Musyawarah Olahraga Disabilitas pada dua daerah berikutnya yakni di Kabupaten Lumajang dan Kota Probolinggo yang akan dilaksanakan keesokan harinya (17/1/2021).
Saya masih menyempatkan untuk mengirim dua bungkus gado-gado sesuai yang Mama kehendaki untuk makan siang---Mama menjalani perawatan sejak hari pertama dalam satu kamar bersama dua pasien perempuan sesama lansia (sehari sebelum saya mengantar menu gado-gado, satu pasien telah diperbolehkan pulang), Mama selalu minta tolong kepada kami untuk melebihkan setiap porsi makanan yang dikirim, karena Mama selalu berbagi dengan teman sekamarnya, termasuk pada saat Mama menghendaki menu gado-gado.
Sepulang saya dari Kabupaten Lumajang dan Kota Probolinggo, keesokan harinya (18/1/2021) Mama diperbolehkan pulang karena telah menyelesaikan masa perawatan dan observasi mulai dari tanggal 5-18 Januari 2021, dan pada saat itu secara klinis sudah tidak menunjukan gejala dan tanda infeksi Covid-19, meski hasil dari pemeriksaan RT-PCR yang terakhir belum diketahui.
Saat mengetahui Mama telah diperbolehkan pulang, saya bergegas untuk menjemput Mama di rumah sakit dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, bahkan saya pun membekali diri dengan disinfektan spray.
Proses penjemputan Mama di rumah sakit berlangsung dramatis, bukan karena kondisi Mama yang menyedihkan, melainkan kondisi yang terjadi di rumah sakit. Pada saat saya harus menunggu untuk mengurus administrasi yang terkait dengan penjemputan Mama, pada saat yang bersamaan pula saya menyaksikan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19---belum sempat dirawat inap, tetapi sudah meninggal di IGD.
Seusai menyelesaikan semua urusan administrasi, saya diperbolehkan untuk menjemput Mama. Kondisi berikutnya ini tak kalah dramatis, serah terima pasien Covid-19 hanya bisa dilakukan di depan pintu lift yang terletak di bagian paling belakang rumah sakit, letaknya pun berada di samping kamar jenazah, termasuk berada di tempat pengumpulan pakaian kotor pasien Covid-19 yang akan diambil oleh pihak keluarga.
Ketika saya menghampiri, Mama telah menanti di depan pintu lift bersama perawat yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, saya pun menyapa Mama dan perawat dengan bahagia.
Setelah melakukan serah terima secara singkat, perawat yang mendampingi Mama berpamitan, dan saya mulai bercanda dengan Mama sembari menyemprotkan disinfektan ke seluruh bagian tubuh Mama dari atas sampai bawah, semua barang bawaan Mama pun tak luput dari semprotan disinfektan, termasuk saya telah menyediakan plastik khusus untuk memuat bawaan Mama.
Setelah saya pulang dari Kabupaten Pamekasan (23/1/2021) dan Kabupaten Sampang (24/1/2021)---masih dalam rangka kegiatan yang sama yakni menghadiri Musyawah Olahraga Disabilitas yang diselenggarakan di Kabupaten Sampang, dengan bermalam terlebih dahulu di Kabupaten Pamekasan untuk menjalin tali silaturahmi dengan sesama pengurus---hasil pemeriksaan Mama dikirimkan melalui aplikasi pesan (25/1/2021), dan hasilnya pun tetap positif.
Kami berusaha menenangkan Mama menyusul diketahuinya hasil pemeriksaan tersebut, usaha yang kami lakukan adalah dengan menyampaikan hasil konsultasi dengan dokter bahwa hasil positif yang didapati itu hanya karena bangkai dari Covid-19 yang belum terbuang dari tubuh Mama, sedangkan Covid-19 sendiri sudah tidak aktif di dalam tubuh Mama. Keesokan harinya (26/1/2021), saya mengantar Mama kembali untuk mengikuti pemeriksaan RT-PCR.