Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Peran Sport Clinic dalam Olahraga Disabilitas

3 September 2019   00:06 Diperbarui: 3 September 2019   00:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kuliah Anatomi 1, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Sabtu, 31 Agustus 2019) - dokpri

Berbeda halnya dengan bibit maupun regenerasi paralimpian dari kelompok disabilitas netra (visual impairment) dan disabilitas intelektual (intelectual impairment), kedua kelompok disabilitas ini lebih mudah didapatkan dalam program pencarian bakat (talent scouting) melalui sekolah-sekolah luar biasa dengan kekhususan bagian A (untuk disabilitas netra) dan bagian C (untuk disabilitas intelektual), serta panti-panti sosial bina netra.

Berangkat dari kendala yang dialami oleh induk organisasi olahraga disabilitas tersebut, maka Sport Clinic yang dikembangkan oleh sebuah rumah sakit dapat berperan dalam program pencarian bakat (talent scouting) paralimpian dengan memanfaatkan pangkalan data rekam medis pasien yang wajib dimiliki oleh setiap rumah sakit---dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 dinyatakan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (terdapat tiga jenis rekam medis yang diatur yaitu rekam medis untuk pasien rawat jalan, pasien rawat inap maupun pasien gawat darurat).

Melalui pangkalan data rekam medis, memungkinkan Sport Clinic untuk mendapatkan pemberitahuan melalui sistem informasi yang ada saat terdapat pasien---baik pasien rawat inap maupun pasien gawat darurat---dengan kriteria (1) masih berusia pelajar di bawah delapan belas tahun, dan (2) mengalami kehilangan fungsi anggota gerak (limb deficiency), seperti tidak adanya tulang atau sendi secara keseluruhan maupun sebagian pada bagian tangan, lengan dan kaki sebagai konsekuensi dari trauma (contohnya akibat kecelakaan, bermain petasan, dll.), atau bisa pula sebagai konsekuensi dari penyakit (contohnya akibat kanker tulang hingga harus diamputasi, dll.).

Mengingat rekam medis adalah milik pasien yang kerahasiaan informasinya harus dijaga oleh pihak rumah sakit, sehingga tidak bisa diberikan kepada sembarang pihak (termasuk kepada induk organisasi olahraga disabilitas), maka Sport Clinic yang akan banyak berperan dalam melakukan upaya pendekatan kepada pasien.

Upaya pendekatan yang bisa dilakukan oleh Sport Clinic yakni dengan memberikan pelayanan pendampingan kepada pasien yang memiliki prospek dalam olahraga disabilitas untuk masuk pada klasifikasi kehilangan fungsi anggota gerak (limb deficiency).

Pelayanan pendampingan bagi pasien ini bisa dilakukan oleh tim Sport Clinic yang memiliki konsentrasi pada bidang ilmu psikologi klinis, di samping perawatan medis yang diberikan oleh tenaga medis (dokter dan perawat) untuk aspek fisik pasien, pelayanan pendampingan pun bisa diberikan oleh psikolog klinis untuk membantu pemulihan aspek mental pasien akibat kehilangan fungsi anggota gerak (limb deficiency).

Di dalam pelayanan pendampingan ini, psikolog klinis---peran tersebut bisa pula dilakukan oleh siapa pun tenaga medis (dokter dan perawat) yang terpanggil---dapat membangun harapan hidup pasien dengan memberikan kesadaran bahwa menjadi disabilitas bukan akhir dari segalanya, karena dengan menjadi disabilitas saatnya untuk mulai bisa melakukan hal-hal dengan cara yang luar biasa, bukan lagi dengan cara yang biasa-biasa saja seperti sebelumnya.

Melakukan hal-hal yang luar biasa itu salah satunya bisa melalui olahraga untuk meraih prestasi yang setinggi-tingginya sesuai dengan cabang olahraga yang diminati dalam wadah yang telah tersedia yakni National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) dengan berbagai tingkat kepengurusan mulai dari pengurus kota dan kabupaten, serta pengurus provinsi yang melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga disabilitas di seluruh Indonesia.

Dengan adanya pelayanan pendampingan yang diberikan hingga pada tahap mengarahkan pasien untuk bergabung ke dalam pembinaan olahraga disabilitas seperti demikian, maka program pencarian bakat (talent scouting) paralimpian dapat terus berjalan, sehingga bibit maupun regenerasi paralimpian dari kelompok disabilitas daksa (phsycal impairment) dapat terus tersedia, teristimewa akan banyak sesama yang tertolong untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik melalui olahraga---baik dalam konteks berolahraga untuk meraih prestasi setinggi-tingginya yang akan diikuti dengan kesejahteraan, maupun berolahraga sebagai gaya hidup untuk senantiasa mendapatkan kebugaran.

Ruang Kuliah Anatomi 1, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Sabtu, 31 Agustus 2019) - dokpri
Ruang Kuliah Anatomi 1, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Sabtu, 31 Agustus 2019) - dokpri
Penutup

Dalam manajemen organisasi olahraga, sebuah keberhasilan organisasi olahraga selalu dikaitkan dengan seberapa jauh prestasi yang dicapai dan seberapa besar prestise yang didapatkan dari bonus (diukur dengan uang) yang diraih oleh olahragawan. Saat organisasi olahraga dapat menjalankan fungsi manajemen dengan baik, maka olahragawan akan mencapai prestasi yang baik dan mendapatkan prestise yang besar. Sedangkan realitas yang ada selama ini, berjalannya fungsi manajemen dalam sebuah organisasi olahraga sangat dipengaruhi pada level mana organisasi maupun olahragawan berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun