Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Strategi Keberhasilan Singapura dalam Pemikiran Lee Kuan Yew

18 April 2023   18:16 Diperbarui: 18 April 2023   18:26 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.startupcities.com/p/lee-kuan-yew-urbanist

Singapura adalah salah satu negara dengan ekonomi predikat unggul di antara negara anggota ASEAN, negara dengan pertumbuhan teknologi IT terbaik disertai perkembangan  investasi tercepat dan menjadi negara pelayanan kesehatan terbaik di kawasan Asia Tenggara. Semua ini mampu mendorong Singapura sebagai aktor bangsa dengan kekuatan penting di antara negara-negara besar seperti Indonesia dan Malaysia yang berbatasan secara langsung dengannya.

Singapura mampu menjalin hubungan diplomatik yang cukup baik dengan dunia internasional dengan bentuk politik luar negeri yang unik dipengaruhi oleh sejarah masa lalu sebagai bangsa merdeka dan mampu berdiri kuat pasca berpisah dari Inggris Raya, hal tersebut sangatlah menunjukkan keunggulan kualitas masyarakat negara ini dan pemerintahnya.

Singapura pada era saat ini mendapat pengakuan dari dunia internasional sebagai salah satu negara yang berhasil mencapai stabilitas pemerintahan terbaik dalam banyak bidang, negara ini menjadi negara percontohan bagi banyak tokoh dunia yang tertarik mempelajari rahasia keberhasilannya setelah melihat berbagai pencapaian Singapura dan sumbangsihnya pada masyarakat dunia.

Jika kita melihat jauh dalam periode sejarah awal kemerdekaan negara ini ada banyak pandangan melihat Singapura merupakan negara yang diliputi dengan berbagai masalah kompleks. Masalah etnis dimana terdapat tiga kelompok besar secara bersama bertemu pada satu pulau kecil yaitu etnis Melayu, Cina, dan India yang bisa memunculkan konflik horizontal kapanpun jika pemerintah lepas kendali.

Kemudian ancaman bahaya ekonomi dimana hampir semua masyarakatnya pada awal kemerdekaan tahun 1965 memiliki pendapatan dibawah rata-rata dengan banyak kasus tunawisma, juga ditambah dengan tingginya korupsi diantara pegawai negeri yang menambah berat tugas pemerintah untuk menjalankan tugas birokrasi.

Yang terakhir terpenting adalah masalah geopolitik itu sendiri dimana Singapura dengan wilayah sempit dan kecil dapat suatu saat terjerumus pada konflik sengketa dengan negara tetangga jauh lebih besar yang bisa menghancurkan Singapura dengan waktu singkat, lambat laun masalah luas wilayah disertai keterbatasan sumber daya alam membawa Singapura dalam posisi sulit untuk merumuskan apa kebijakan luar negeri yang tepat dan cocok untuk menjadi visi kedepan sebagai bangsa merdeka. Paling tidak itulah beberapa poin ke khawatiran banyak orang saat Singapura berada pada tahun-tahun awal merdeka.

Tetapi itu semua adalah masalah masa lalu, jika kita melihat beragam masalah tersebut dan bukti hasil kemajuan Singapura saat ini sampai berhasil menyaingi dan melampaui negara-negara yang bertetangga dengannya maka ini menunjukkan keberhasilan Singapura sebagai negara berdaulat berhasil mengalahkan pandangan orang kepadanya sebagai sebuah negara gagal pada awal kemerdekaan, tidak sedikit orang yang memuji keberhasilan Singapura untuk bisa bertahan sejauh ini sampai menjadi salah satu negara maju.

Semua keberhasilan ini jika kita melihat secara mendalam merupakan hasil strategi seorang jenius yang bernama Lee Kuan Yew, beliau merupakan Perdana Menteri pertama sekaligus sosok berpengaruh dalam membentuk bangsa Singapura untuk menjadi maju sampai seperti sekarang ini. Oleh karena peran dan pengaruh Lee Kuan Yew sangatlah besar pada pembangunan kemajuan Singapura serta berhasil merumuskan politik luar negeri yang stabil, maka pada tulisan kali ini saya akan mengulas secara tajam tentang pandangan visi pembangunan Lee Kuan Yew.

Arah pemikiran visi politik beliau dalam membentuk sebuah jalan harapan menuju kemakmuran Singapura merupakan nilai yang patut dipelajari, juga kesuksesannya dalam menjalankan visi tersebut merupakan hal menarik bagi saya untuk diulas dan di teliti. Oleh karena itu saya sudah memutuskan rumusan masalah pada tulisan kali ini ialah menjelaskan strategi keberhasilan Singapura dalam pemikiran Lee Kuan Yew.

Pada buku berjudul "Singapore Plans to Revive Study of Confucianism" Collin Campbell berhasil melakukan wawancara dengan Lee Kuan Yew secara dalam mengenai pandangan kebangsaan miliknya, pada wawancara penulisan buku tersebut Lee Kuan Yew mengatakan dengan jelas kepada Colin Campbell. 

Ketekunan pada tradisi nilai tradisional yang kuat dalam keluarganya menjadikan ia seorang panganut prinsip Konfusius secara tanpa sadar, ia kemudian menyatakan dengan tegas: "Filosofi dasar yang melandasi agar sebuah bangsa bekerja dengan baik, harus memiliki kepedulian kepada masyarakat secara luas, yang mana kepentingan masyarakat tersebut harus melampaui kepentingan individualis. Ini yang menjadi dasar perbedaan dengan masyarakat di Amerika Serikat dimana disana nilai kebebasan individual lebih diutamakan."

 Dalam pandangan pribadinya Lee Kuan Yew dan strategi keberhasilan Singapura menggunakan cara Utilitarianisme secara jelas dan tetap. Pandangan ini dapat kita lihat dari prinsip nilai kepribadian kuat untuk mensejahterahkan rakyat sebagai pedoman utama seperti yang ia jelaskan pada wawancara dengan Colin Campbell.

Demi untuk memajukan sebuah bangsa maka seorang pemimpin harus terlebih dahulu menjamin kepentingan kesejahteraan semua masyarakat secara umum dengan mengorbankan kepentingan individual agar mencapai sebuah kemajuan bersama, dalam pemikirannya Lee Kuan Yew menempatkan dirinya sebagai pemimpin untuk selalu memegang prinsip Utilitarianisme ini sebagai pedoman pribadi.

Perlu kita pahami dalam pola kerangka pemikiran ini Lee Kuan Yew menciptakan warisan dasar pemikiran bagi masyarakat Singapura untuk selalu mengedepankan pemikiran persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat demi menjamin keberlangsungan mempertahankan kemerdekaan.

Pedoman kedua yang digunakan oleh Lee Kuan Yew adalah penggunaan prinsip politik pragmatis sebagai jalan kerja mencapai kesejahteraan Utilitarianisme di masyarakat. Singapura sesuai dengan pandangannya mengedepankan selalu kebersamaan dan kesatuan bangsa sebagai alat politik menuju keberhasilan, dalam proses ini Lee Kuan Yew menekankan bahwa Singapura tidak mencotoh negara lain yang sama dengan dia pada saat pasca kemerdekaan setelah perang dunia kedua selesai. 

Dalam pandangan Lee Kuan Yew banyak negara tersebut yang merdeka dari kolonialisme terjerumus kedalam perebutan kekuasaan yang diawali dari ambisi memperjuangkan apa ideologi politik paling tepat untuk merumuskan kebijakan terbaik bagi masyarakat.

Banyak contoh kasus karena perbedaan pandangan konflik justru muncul kemudian memecah bela negara tersebut karena perebutan kekuasaan, bagi negara seperti Singapura hal ini sangat berbahaya dan merugikan karena posisi negaranya yang sangat kecil dapat dengan instan hancur dan terpecah belah jika mengutamakan solusi iedeologi politik.

Akan tetapi berbeda dengan negara-negara lain Lee Kuan Yew justru menetapkan jalan politik bangsanya dengan tidak memulai dari idoleogi politik sebagai solusi pemecah masalah melainkan dari pembangunan pemerintahan dan ekonomi yang sempurna dengan prinsip politik pragmatis yang dilandasi semangat kesatuan Utilitarianisme. Singapura dalam pandangannya harus terlebih dahulu membangun pemerintahan yang bersih, sehat, dan menciptakan masyarakat dengan kemampuan berdaya saing jika ingin mempertahankan kemerdekaan.

Bisa kita lihat dari pemikiran ini Lee Kuan Yew sudah mempertimbangakan segala konsekuensi dan akibatnya sehingga negaranya diarahkan berfokus pada pembangunan administrasi dan birokratisasi yang baik sebagai awal solusi kemerdekaan dan bukan pencarian ideologi politik sebagai solusi membangun masyarakat.

Jujur dalam hal ini saya setuju dengan pandangan Lee Kuan Yew karena Indoenesia pada awal kemerdekaan juga menggunakan idoelogi politik melalui visi Soekarno sebagai solusi mencapai jalan keberhasilan sama seperti negara kolonial lain yang merdeka pasca perang dunia kedua, akan tetapi bisa kita lihat dalam sejarah Indonesia kasus CONEFO dan keluarnya Indonesia dari PBB bermula dari pandangan agresif Soekarno sendiri menghasilkan gejolak ekonomi dan politik tinggi pada awal era orde lama sehingga tidak mencerminkan pembangunan pemerintahan yang baik.

Sekarang kita bisa melihat bersama sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa dua komponen dasar gaya kepemimpinan Lee Kuan Yew berlandaskan pada dua prinsip pribadinya yang menuntun dia dan bangsa Singapura, kedua hal tersebut adalah prinsip Utilitarianisme dan penekanan penggunaan politik praktis. Kedua hal ini menjadi dasar penting bagi beliau dalam membuat keputusan poltik dan merumuskan langkah kebjiakan luar negeri yang bijak serta tepat untuk masyarakat. 

Dalam politik luar negerinya Lee Kuan Yew kemudian mengarahkan Singapura kepada dua strategi utama yaitu "kedalam" dan "keluar", bagi saya ini adalah gambaran kasar setelah membaca seluruh pandangan politik beliau saat membuat kebijakan melalui berbagai bacaan buku dan tulisan. Akan saya awali menjelaskan yang pertama yaitu strategi kedalam.

Pada Strategi kedalam yang saya maksudkan disini ialah Lee Kuan Yew mengutamakan banyak hal terkait pembangunan dalam negeri sebagai solusi memperkuat negara akan tetapi ada dua hal terbesar yang menjadi hal utama, pertama adalah pembangunan ekonomi dan kedua pembangunan birokratisasi sosial masyarakat yang efektif. Pada pembangunan ekonomi Lee Kuan Yew pasca Singapura memisahkan diri dari Malaysia merumuskan kebijakan luar negeri yang mengundang investor asing dengan penananman modal pada aset terbaik yang dimiliki mereka yaitu masyarakat.

Pada implementasinya Lee Kuan Yew terus mengupayakan agar sumber daya manusia masyarakat Singapura tetap menjadi yang terbaik dengan mensejahterahkan pekerja masyarakat Singapura melalui kemajuan program pendidikan negara itu, dan mengundang pekerja migran ahli untuk membantu pekerja lokal dalam pengembangan skill kemampuan bekerja.

Beliau menekankan bahwa faktor lain untuk menjamin tetap datangnya investor di Singapura maka mutu pelayanannya harus menjadi prioritas utama, untuk itu negara ini melakukan reformasi besar-besaran dengan membangun banyak infrastuktur pembangunan penopang dan banyak fasilitas pendukung seperti membangun taman kota, pusat bisnis, pelabuhan dagang strategis dan bahkan menjamin mutu kualitas kebersihan.

Pada tahun 1971 perekonomian Singapura tumbuh dengan kecepatan stabil yaitu 8% per tahun dan pada periode sepuluh tahun kemudian modal asing yang menanamkan investasi di negara itu meningkat dari $157 juta dollar Amerika menjadi $3.7 miliar dollar Amerika, keberhasilan pembangunan ekonomi ini menunjukkan kepercayaan dunia internasional dalam menanamkan investasinya di Singapura sehingga secara langsung mendorong pemerintah untuk menjalankan belanja negara lebih efisien. 

Misalnya pada belanja anggaran pembangunan fasilitas kesehatan, pemerintahan Lee Kuan Yew mampu menjadikan Singapura sebagai negara dengan tingkat taraf kesehatan terbaik dunia yang diakibatkan dengan kuatnya arus perputaran uang masuk di negara itu, dengan demikian berbagai macam fasilitas kesehatan mampu disiapkan oleh Singapura untuk menunjang pelayanan kesehatan terbaik yang dimilikinya.

Pada tahap kedua Lee Kuan Yew merubah sosial masyarakat dengan cara menyatukan tiga etnis besar yaitu Melayu, Cina, dan India menjadi satu kesatuan bangsa baru bernama Singapura. Penyatuan ini bukan tanpa dasar pertimbangan dalam pandangan beliau tiga mayoritas etnis ini merupakan tiga kelompok besar yang tinggal di Singapura tetapi tidak memiliki sejarah budaya di Singapura, seperti yang jarang diketahui oleh banyak orang sejarah kepualauan Singapura tidak pernah memiliki akar sejarah bangsa atau kerajaan yang pernah memerintah secara tunggal.

Ketiga etnis ini berkumpul pada satu pulau hanya karena pada masa era kolonial Inggris dibawa ikut untuk kepentingan dagang dan politik imperialisme Inggris Raya, hal ini yang membuat khawatir Lee Kuan Yew bahwa kapanpun masyarakatnya bisa memutuskan keluar dari Singapura karena tidak memiliki ikatan kebangsaan secara historis. Oleh karena itu Lee Kuan Yew merumuskan nilai persatuan kebangsaan dengan kuat pada awal kemerdekaan dengan menjadikan bahasa resmi negara menjadi dua yaitu bahasa inggris dan bahasa perwakilan masing-masing etnis tersebut.

Dengan menjadikan bahasa inggris salah satu bahasa utama Lee Kuan Yew justru berhasil menengahi akan munculnya konflik horizontal antara sesama etnis karena tidak ada bahasa dari antara etnis tersebut menjadi bahasa dominan dan tunggal. Dalam bentuk lain Lee Kuan Yew juga menciptakan pemerintahan bersih dari korupsi dengan cara tidak menaikan gaji pegawai tetapi memberi sistem penilaian kerja berdasarkan kinerja kualitas sehingga tidak ada lagi kasus saling suap karena masyarakatnya memiliki nilai integritas yang jujur dan bersih.

Pada Strategi kedalam ini Lee Kuan Yew ingin menunjukkan pada dunia bahwa Singapura siap menjadi negara yang telibat aktif dalam masyarakat internasional melalui kesiapan masyarakatnya dalam berbagai bidang seperti, tingkat kemajuan sumber daya manusianya, dan kestabilan ekonominya. 

Singapura dalam pandangan visi beliau harus mampu mengintegrasikan dirinya dengan dunia internasional agar mampu mendapat legitimasi dan pengaruh kuat dalam geopolitik dunia, karena dengan hal tesebut negara-negara lain akan merasakan dampak peran langsung Singapura saat ia bergaul dengan bangsa dunia dan memberikan kontribusinya melalui akses bebas dan aman dalam berinvestasi di negara tersebut. 

Ini merupakan tulang punggung intisari strategi kedalam bagi saya saat melihat strategi penguatan ekonomi Singapura oleh Lee Kuan Yew dan mendorong negaranya untuk masuk dalam pasar bebas berdagang dan berinteraksi dengan negara besar.

Pada Strategi Keluar saya melihat Lee Kuan Yew melakukan strategi perimbangan tehadap dua kekuatan besar duia yaitu Republik Rakyat Cina (RRC) dan Amerika Serikat. 

Dalam pandangan pribadinya Lee Kuan Yew melihat Singapura akan mendapatkan posisi yang lebih baik jika kedua negara kekuatan utama dunia RRC dan Amerika Serikat mampu untuk menahan diri dan saling menghormati masing-masing pihak., karena menurut pandangan beliau seperti dalam salah satu kutipannya yang terkenal tentang persaingan RRC dan Amerika Serikat yaitu: "jika dua ekor gajah bercinta, rumput akan hancur terinjak. Jika dua ekor gajah bertengkah rumput tetap akan hancur terinjak". 

Dalam kutipan terkenal itu sesungguhnya Lee Kuan Yew ingin mengatakan bahwa tidak ada satupun negara kecil di dunia akan mendapatkan keuntungan jika dua kekuatan dunia RRC dan Amerika Serikat pergi berperang satu dengan yang lain, ia ingin menunjukkan kedua negara tersebut harus dihormati sebagai kekuatan world power dengan cara kita memahami batasan pengaruh geopolitik masing-masing kekuatan secara rasional dan terukur.

Singapura memiliki hubungan diplomatis dengan kedua negara tersebut tetapi dalam berbagai kesempatan berulang kali menegur dan memberikan kritik agara kedua negara mengingat dampak dari politik luar negeri jika membawa visi menghancurkan kekuatan salah satunya. 

Beliau mengakui kekuatan ekonomi RRC dalam 20 tahun terakhir mampu menyaingi dunia barat dalam waktu cepat sehingga perlu untuk tidak meremehkan negara tersebut dengan memprovokasinya secara agresif, dalam sisi lain Lee Kuan Yew juga memperhatikan bahaya kebijakan luar negeri exceptionalisme yang secara agresif ditunjukkan oleh Amerika Serikat sebagai bahaya dengan arah kebijakan luar negeri yang tidak memiliki batasan bisa memunculkan gesekan konflik panas dari Amerika Serikat dengan RRC.

Singapura pada era kepemimpinan Lee Kuan Yew mencoba menjadi jembatan penghubung antara dua kekuatan besar tersebut tetapi belum memiliki hasil yang signifikan, ditambah dengan pekembangan konflik geopolitik saat ini yang menambah ketegangan RRC dan Amerika Serikat tentu menjadi peringatan penting bagi semua negara bagaimana menjamin keseimbangan kekuatan antara kekuatan besar dunia, Singapura sudah mencoba membentuk kerjasama pertahanan bilateral bernama Five Power Defence Arrangements (FPDA).

Pada kerjasama ini Singapura mendapatkan jaminan beserta anggota lainnya yaitu Australia, Malaysia, New Zealand, dan Inggris akan secara bersama melindungi jika mendapat serangan dari negara lain, pada posisi Singapura kerjasama pertahanan ini merupakan solusi pertahanan pertama jika negara mereka mendapatkan ancaman invasi. Aliansi ini terdiri dari anggota negara persemakmuran Inggris yang secara kolektif saling melindungi terhadap bahaya internasional.

Kesimpulan saya pada strategi keberhasilan Singapura dalam pemikiran seorang Lee Kuan Yew adalah semua upaya startegi beliau menghasilkan pencapain luar biasa yang ditandai dengan kesuksesan Singapura menjadi negara kuat dan berdaulat dalam dunia internasional, secara garis besar keberhasilan ekonomi dan prinsip visi pribadi Lee Kuan Yew memainkan peran penting berhasil memenangkan hati dan pikiran masyarakat Singapura dan masyarakat dunia dalam banyak bidang.

Akan tetapi pada politik luar negeri Singapura saat ini pasca meninggalnya Lee Kuan Yew pada tahun 2015 harus dapat di rumuskan kembali bagi saya. Dengan kondisi dunia internasional tetap masih ada ketegangan antara RRC dan Amerika Serikat dan bahaya eskalasi konflik kedua negara tetap tinggi maka aliansi FPDA Singapura bisa membawa negara tersebut terjerumus pada konflik yang jauh berbahaya.

Dalam analisa saya aliansi FPDA merupakan aliansi bersama yang mendapat bantuan kekuatan utama dari Inggris Raya, pada posisi tersebut perlu ada definisi jelas apa jaminan bahwa Inggris Raya tidak memihak Amerika Serikat untuk ikut berperang melawan RRC jika situasi memanas dan muncul ekalasi konflik.

Dalam hal ini bahaya terbesar bagi Singapura menurut saya adalah kerjasama pertahanan FPDA akan merger dan bergabung dengan aliansi luar kawasan Asia Tenggara yaitu AUKUS (Australia, United Kingdom, United States) untuk bersama mengikuti Amerika Serikat dalam menyerang RRC sebagai ancaman penting di kawasan pasifik.

Kebijakan Amerika Serikat dan agresi politik luar negerinya cenderung bisa sangat kuat menyeret aliansi kecil di Asia Tenggara maupun negara-negara yang dinilai berhubungan dekat dalam lingkup kerjasama keamanan dengannya. Singapura dalam pandangan Lee Kuan Yew melihat keberlangsungan negaranya melalui keseimbangan kekuatan dunia, dengan menjalin kerjasama yang baik dengan kedua negara besar.

Tetapi di zaman sekarang keseimbangan kekuatan nampaknya sulit untuk diharapkan dipahami oleh masing-masing politisi dalam negara RRC dan Amerika Serikat, kedua negara ini terlihat tetap menunjukkan politik luar negeri yang agresif satu sama lain, dan ini bisa membuat posisi Singapura terancam.

Solusi bagi saya yang terbaik bagi semua negara ASEAN termasuk di dalamnya Singapura adalah menciptakan aliansi pertahanan kolektif dengan saling menjaga dan melindungi satu dengan yang lain. Aliansi pertahanan kolektif berlandaskan kepentingan keamanan kawasan saya analisis jauh lebih aman dibandingkan kerjasama pertahanan dan aliansi pertahanan berbasis kekuatan barat dan asing.

Jika Singapura dan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN mampu merumuskan aliansi pertahanan seperti itu maka ide utama yang menjadi dasar kepentingannya adalah konsep keamanan kolektif bersama dan bukan atas politik kepentingan keamanan negara besar diluar kawasan. Negara sesama anggota ASEAN harus mampu merumuskan definisi keamanan bersama dengan batasan yang jelas tanpa harus memprovokasi kekuatan besar untuk menyerang, secara singkat aliansi ini akan menyerang jika mendapat serangan lebih awal.

Bagi saya ini adalah solusi terbaik bagi Singapura jika tidak ingin terseret pada konflik masa depan akibat adanya konfrontasi dari dua negara besar Amerika Serikat dan RRC, Singapura memiliki banyak keunggulan dalam berbagai bidang warisan dari visi pemikiran Lee Kuan Yew tetapi masalah geoplitik dan tantangan masa depan negara tersebut merupakan masalah mendasar yang tidak akan pernah hilang.

Kecilnya luas wilayah dan terbatasnya kekuatan militernya merupakan faktor utama mengapa Singapura perlu mendapat perlindungan keamanan yang lebih pasti dan tidak merugikan negara itu di masa depan, paling tidak kerjasama keamanan tidak menyeret Singapura untuk ikut dalam pusaran konflik Amerika Serikat dan RRC. Solusi terbaik menurut saya adalah aliansi keamanan kolektif bagi setiap negara ASEAN termasuk Sinngapura agar mampu mendapatkan keamanan stabilitas dalam gepolitik sekaligus menghindari ancaman terseret konfli dari persaingan dua negara adidaya.

Daftar Pustaka:

BUKU:

Henry Kissinger, "Leadership: Six Studies in World Strategy", New York, Penguin Press, 2022,

Colin Campbell, 'Singapore Plans to Revive Study of Confucianism', New York Times, May 20, 1982.

WEB:

https://www.egmontinstitute.be/two-elephants-in-one-room-sino-american-competition-and-the-eu-at-the-shangri-la-dialogue/

GDP per capita (current US$) - Singapore | Data (worldbank.org)

GDP growth (annual %) - Singapore | Data (worldbank.org)

https://www.ntu.edu.sg/docs/librariesprovider86/research/lee-kuan-yew-s-thoughts-on-talent-and-singapore-s-development-strategy.pdf?sfvrsn=3d96f36b_2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun