Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Strategi Keberhasilan Singapura dalam Pemikiran Lee Kuan Yew

18 April 2023   18:16 Diperbarui: 18 April 2023   18:26 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.startupcities.com/p/lee-kuan-yew-urbanist

Ini merupakan tulang punggung intisari strategi kedalam bagi saya saat melihat strategi penguatan ekonomi Singapura oleh Lee Kuan Yew dan mendorong negaranya untuk masuk dalam pasar bebas berdagang dan berinteraksi dengan negara besar.

Pada Strategi Keluar saya melihat Lee Kuan Yew melakukan strategi perimbangan tehadap dua kekuatan besar duia yaitu Republik Rakyat Cina (RRC) dan Amerika Serikat. 

Dalam pandangan pribadinya Lee Kuan Yew melihat Singapura akan mendapatkan posisi yang lebih baik jika kedua negara kekuatan utama dunia RRC dan Amerika Serikat mampu untuk menahan diri dan saling menghormati masing-masing pihak., karena menurut pandangan beliau seperti dalam salah satu kutipannya yang terkenal tentang persaingan RRC dan Amerika Serikat yaitu: "jika dua ekor gajah bercinta, rumput akan hancur terinjak. Jika dua ekor gajah bertengkah rumput tetap akan hancur terinjak". 

Dalam kutipan terkenal itu sesungguhnya Lee Kuan Yew ingin mengatakan bahwa tidak ada satupun negara kecil di dunia akan mendapatkan keuntungan jika dua kekuatan dunia RRC dan Amerika Serikat pergi berperang satu dengan yang lain, ia ingin menunjukkan kedua negara tersebut harus dihormati sebagai kekuatan world power dengan cara kita memahami batasan pengaruh geopolitik masing-masing kekuatan secara rasional dan terukur.

Singapura memiliki hubungan diplomatis dengan kedua negara tersebut tetapi dalam berbagai kesempatan berulang kali menegur dan memberikan kritik agara kedua negara mengingat dampak dari politik luar negeri jika membawa visi menghancurkan kekuatan salah satunya. 

Beliau mengakui kekuatan ekonomi RRC dalam 20 tahun terakhir mampu menyaingi dunia barat dalam waktu cepat sehingga perlu untuk tidak meremehkan negara tersebut dengan memprovokasinya secara agresif, dalam sisi lain Lee Kuan Yew juga memperhatikan bahaya kebijakan luar negeri exceptionalisme yang secara agresif ditunjukkan oleh Amerika Serikat sebagai bahaya dengan arah kebijakan luar negeri yang tidak memiliki batasan bisa memunculkan gesekan konflik panas dari Amerika Serikat dengan RRC.

Singapura pada era kepemimpinan Lee Kuan Yew mencoba menjadi jembatan penghubung antara dua kekuatan besar tersebut tetapi belum memiliki hasil yang signifikan, ditambah dengan pekembangan konflik geopolitik saat ini yang menambah ketegangan RRC dan Amerika Serikat tentu menjadi peringatan penting bagi semua negara bagaimana menjamin keseimbangan kekuatan antara kekuatan besar dunia, Singapura sudah mencoba membentuk kerjasama pertahanan bilateral bernama Five Power Defence Arrangements (FPDA).

Pada kerjasama ini Singapura mendapatkan jaminan beserta anggota lainnya yaitu Australia, Malaysia, New Zealand, dan Inggris akan secara bersama melindungi jika mendapat serangan dari negara lain, pada posisi Singapura kerjasama pertahanan ini merupakan solusi pertahanan pertama jika negara mereka mendapatkan ancaman invasi. Aliansi ini terdiri dari anggota negara persemakmuran Inggris yang secara kolektif saling melindungi terhadap bahaya internasional.

Kesimpulan saya pada strategi keberhasilan Singapura dalam pemikiran seorang Lee Kuan Yew adalah semua upaya startegi beliau menghasilkan pencapain luar biasa yang ditandai dengan kesuksesan Singapura menjadi negara kuat dan berdaulat dalam dunia internasional, secara garis besar keberhasilan ekonomi dan prinsip visi pribadi Lee Kuan Yew memainkan peran penting berhasil memenangkan hati dan pikiran masyarakat Singapura dan masyarakat dunia dalam banyak bidang.

Akan tetapi pada politik luar negeri Singapura saat ini pasca meninggalnya Lee Kuan Yew pada tahun 2015 harus dapat di rumuskan kembali bagi saya. Dengan kondisi dunia internasional tetap masih ada ketegangan antara RRC dan Amerika Serikat dan bahaya eskalasi konflik kedua negara tetap tinggi maka aliansi FPDA Singapura bisa membawa negara tersebut terjerumus pada konflik yang jauh berbahaya.

Dalam analisa saya aliansi FPDA merupakan aliansi bersama yang mendapat bantuan kekuatan utama dari Inggris Raya, pada posisi tersebut perlu ada definisi jelas apa jaminan bahwa Inggris Raya tidak memihak Amerika Serikat untuk ikut berperang melawan RRC jika situasi memanas dan muncul ekalasi konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun