Ketekunan pada tradisi nilai tradisional yang kuat dalam keluarganya menjadikan ia seorang panganut prinsip Konfusius secara tanpa sadar, ia kemudian menyatakan dengan tegas: "Filosofi dasar yang melandasi agar sebuah bangsa bekerja dengan baik, harus memiliki kepedulian kepada masyarakat secara luas, yang mana kepentingan masyarakat tersebut harus melampaui kepentingan individualis. Ini yang menjadi dasar perbedaan dengan masyarakat di Amerika Serikat dimana disana nilai kebebasan individual lebih diutamakan."
 Dalam pandangan pribadinya Lee Kuan Yew dan strategi keberhasilan Singapura menggunakan cara Utilitarianisme secara jelas dan tetap. Pandangan ini dapat kita lihat dari prinsip nilai kepribadian kuat untuk mensejahterahkan rakyat sebagai pedoman utama seperti yang ia jelaskan pada wawancara dengan Colin Campbell.
Demi untuk memajukan sebuah bangsa maka seorang pemimpin harus terlebih dahulu menjamin kepentingan kesejahteraan semua masyarakat secara umum dengan mengorbankan kepentingan individual agar mencapai sebuah kemajuan bersama, dalam pemikirannya Lee Kuan Yew menempatkan dirinya sebagai pemimpin untuk selalu memegang prinsip Utilitarianisme ini sebagai pedoman pribadi.
Perlu kita pahami dalam pola kerangka pemikiran ini Lee Kuan Yew menciptakan warisan dasar pemikiran bagi masyarakat Singapura untuk selalu mengedepankan pemikiran persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat demi menjamin keberlangsungan mempertahankan kemerdekaan.
Pedoman kedua yang digunakan oleh Lee Kuan Yew adalah penggunaan prinsip politik pragmatis sebagai jalan kerja mencapai kesejahteraan Utilitarianisme di masyarakat. Singapura sesuai dengan pandangannya mengedepankan selalu kebersamaan dan kesatuan bangsa sebagai alat politik menuju keberhasilan, dalam proses ini Lee Kuan Yew menekankan bahwa Singapura tidak mencotoh negara lain yang sama dengan dia pada saat pasca kemerdekaan setelah perang dunia kedua selesai.Â
Dalam pandangan Lee Kuan Yew banyak negara tersebut yang merdeka dari kolonialisme terjerumus kedalam perebutan kekuasaan yang diawali dari ambisi memperjuangkan apa ideologi politik paling tepat untuk merumuskan kebijakan terbaik bagi masyarakat.
Banyak contoh kasus karena perbedaan pandangan konflik justru muncul kemudian memecah bela negara tersebut karena perebutan kekuasaan, bagi negara seperti Singapura hal ini sangat berbahaya dan merugikan karena posisi negaranya yang sangat kecil dapat dengan instan hancur dan terpecah belah jika mengutamakan solusi iedeologi politik.
Akan tetapi berbeda dengan negara-negara lain Lee Kuan Yew justru menetapkan jalan politik bangsanya dengan tidak memulai dari idoleogi politik sebagai solusi pemecah masalah melainkan dari pembangunan pemerintahan dan ekonomi yang sempurna dengan prinsip politik pragmatis yang dilandasi semangat kesatuan Utilitarianisme. Singapura dalam pandangannya harus terlebih dahulu membangun pemerintahan yang bersih, sehat, dan menciptakan masyarakat dengan kemampuan berdaya saing jika ingin mempertahankan kemerdekaan.
Bisa kita lihat dari pemikiran ini Lee Kuan Yew sudah mempertimbangakan segala konsekuensi dan akibatnya sehingga negaranya diarahkan berfokus pada pembangunan administrasi dan birokratisasi yang baik sebagai awal solusi kemerdekaan dan bukan pencarian ideologi politik sebagai solusi membangun masyarakat.
Jujur dalam hal ini saya setuju dengan pandangan Lee Kuan Yew karena Indoenesia pada awal kemerdekaan juga menggunakan idoelogi politik melalui visi Soekarno sebagai solusi mencapai jalan keberhasilan sama seperti negara kolonial lain yang merdeka pasca perang dunia kedua, akan tetapi bisa kita lihat dalam sejarah Indonesia kasus CONEFO dan keluarnya Indonesia dari PBB bermula dari pandangan agresif Soekarno sendiri menghasilkan gejolak ekonomi dan politik tinggi pada awal era orde lama sehingga tidak mencerminkan pembangunan pemerintahan yang baik.
Sekarang kita bisa melihat bersama sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa dua komponen dasar gaya kepemimpinan Lee Kuan Yew berlandaskan pada dua prinsip pribadinya yang menuntun dia dan bangsa Singapura, kedua hal tersebut adalah prinsip Utilitarianisme dan penekanan penggunaan politik praktis. Kedua hal ini menjadi dasar penting bagi beliau dalam membuat keputusan poltik dan merumuskan langkah kebjiakan luar negeri yang bijak serta tepat untuk masyarakat.Â