Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pentingnya Sistem "Balance of Power" dalam Hubungan Internasional

16 Maret 2023   09:37 Diperbarui: 16 Maret 2023   09:42 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 http://theriskyshift.com/wp-content/uploads/2012/01/BalanceOfPower.jpg Image caption

Akan tetapi Presiden AS saat itu yang bernama Richard Nixon berhasil membuat perjanjian Dtente dengan Uni Soviet sebagai solusi perdamaian antara kedua negara super power. Saat itu kesepakatan Dtente dikenal luas dengan arti diplomasi pengurangan ketegangan antara dua kekuatan besar.

Alasan mengapa AS dan Uni Soviet mampu duduk bersama menyepakati prinsip ini ialah kedua pihak mampu menciptakan sebuah batasan koprehensif terkait pengaruh kekuatan masing-masing, untuk kemudian diperlihatkan dalam bentuk saling menghormati pengaruh negara lainnya.

Batasan yang terbentuk adalah baik AS dan Uni Soviet sadar akan dampak kekuatan lawan negaranya sehingga menghormati batasan pengaruh untuk tidak mengganggu atau mengancam secara langsung kekuatan mereka, dalam hal ini AS tidak ikut campur terkait urusan politik negara-negara yang berada dalam jangkauan kubu Uni Soviet begitu juga dengan sebaliknya Soviet tidak melakukan kebijakan politik luar negeri di wilayah negara-negara pengaruh AS.

Hasil nyata dari kesepakatan prinsip ini mampu termanifestasikan dalam perjanjian SALT I dan SALT II dimana kedua negara melalui kesempatan ini setuju untuk mengurangi pembuatan dan kepemilikan senjata Nuklir dalam jumlah besar. Dalam perjanjiannya kesepakatan dan penerapan konsep Dtente dunia bukan berarti tidak ada konflik, tetap masih ada konflik di beberapa negara lain.

Akan tetapi akibat kedua negara besar sudah mampu menentukan batasan dalam mengatur pengaruhnya maka yang terjadi adalah setiap konflik di negara lain mampu terawasi dan terkontrol akibat tidak bebasnya pangaruh negara superpower untuk terjun terlibat. Baik AS dan Uni Soviet sadar akan dampak dari penggunaan senjata nuklir tentu sudah jelas, tetapi kesadaran mereka untuk menghormati batas pengaruh kekuatan negara besar yang lain dengan pengaruh yang dimiliki merupakan titik sentral dari perdamaian Dtente dengan Balance of Power sebagai struktur penyanggah.

Hasil akhir dari langkah Balance of Power tersebut pada periode Presiden Richard Nixon sampai pada runtuhnya Uni Soviet pada 1991 negara-negara dunia memiliki jaminan keamanan karena adanya ketegangan yang terbatas, konflik tidak bisa dihentikan karena merupakan dorongan eksistensi sebuah negara untuk hidup akan tetapi ia dapat diawasi dan dibatasi untuk kepentingan yang lebih baik dengan menghormati batasan kekuatan negara lain

Kesimpulan akhir dari tulisan saya ini ialah konflik global pada saat ini dan dampak yang kita rasakan merupakan efek dari tidak adanya jalan kerjasama yang jelas antara negara-negara besar yang bertikai. Negara seperti AS, Rusia, dan RRC berjalan pada jalan yang tidak jelas dan berbahaya karena tidak ada prinsip pendekatan diplomatis yang cukup kuat untuk mengatur mereka dalam berinteraksi.

Bahaya akan eskalasi konflik merupakan bahaya yang cukup berbahaya mengingat negara-negara besar tersebut dengan pengaruh yang di milikinya dapat menarik negara kekuatan sedang dan kecil untuk masuk dalam pusaran konflik, atau masuk merasakan dampak konflik yang di timbulkan.

Oleh karena itu bagi saya prinsip Balance of Power penting untuk dikaji kembali oleh para pengambil keputusan untuk menetapkan politik luar negeri yang lebih stabil dan menjamin ketenangan yang berkelanjutan. Semua negara merasakan akibat konflik ini dan harus segera menyadari pentingnya struktur keseimbangan jika kita ingin merasakan hari esok yang lebih aman, dunia seakan larut dalam pusaran konflik sehingga sama seperti bangsa Athena dan Sparta yang lupa bahwa ancaman sesungguhnya bukan lawan negara mereka tetapi Persia yang siap menyerang.

Kita melihat AS, Rusia, dan RRC berkonflik hebat dalam melebarkan pengaruh tetapi mereka seakan lupa bahaya dampak dari konflik tersebut dan eksalasinya  seperti resesi global dan krisis ekonomi, di ibaratkan sama seperti Persia di zaman Yunani kuno maka dampak resesi global tersebut bisa sangat berbahaya bagi dunia jika tidak diperhatikan, sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun