Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pentingnya Sistem "Balance of Power" dalam Hubungan Internasional

16 Maret 2023   09:37 Diperbarui: 16 Maret 2023   09:42 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 http://theriskyshift.com/wp-content/uploads/2012/01/BalanceOfPower.jpg Image caption

Kubu pertama yaitu aliansi liga Delia yang diketuai oleh Athena dan sekutunya yang kedua oleh liga Peloponesia dipimpin oleh Sparta dan sekutunya, masing-masing liga ini beranggotakan beberapa negara kecil yang mendukung liga pilihannya atas dasar pertimbangan kepentingan semata.

Konflik berjalan lama dan rumit meskipun akhirnya dimenangkan oleh Sparta dan liga Peloponesia miliknya akan tetapi membuat semua negara Yunani hancur lebur. Dengan banyaknya korban jiwa menciptakan ekonomi terganggu sehingga membuat banyak negara-negara Yunani menjadi lemah secara kekuatan, akhirnya beberapa negara Yunani saat itu gagal melihat bahwa ancaman terbesar mereka semua adalah bahaya invasi Persia yang menunggu diseberang laut Mediterania.

Mampu saya simpulkan dari penjelasan paragraf sebelumnya konsep Balance of Power merupakan sistem yang membuat semua negara paham dan sadar akan kapasitas kekuatannya dan dampak perang bagi negaranya jika terus berkonflik, dengan demikian prinsip Balance of Power memberikan sugesti bagi semua negara bahwa keberlangsungan semua negara dapat terjadi jika tidak ada satu negara yang dibiarkan terlalu dominan menguasai.

Dunia internasional saat ini tidak jauh berbeda dengan situasi di Yunani dalam kisah perang Peloponesia tersebut, negara kuat seperti AS, RRC,dan Rusia kita ibaratkan sama dengan koalisi negara Athena dan Sparta yang terus saling berperang satu dengan yang lain tanpa mempertimbangkan kerugian satu dengan yang lain.

Kondisi tersebut menciptakan polemik tersendiri bagi negara kecil yang tidak memiliki andil besar dalam konflik pengaruh negara besar, negara-negara kecil seperti Indonesia karena terbatas dalam hal pengaruh politik dan ekonomi selalu berada dalam posisi sulit.   

Dalam menyikapi konflik antara Rusia dan Ukraina misalkan, Indonesia terpaksa harus memposisikan kebijakan dalam negerinya untuk menyesuaikan dengan kondisi global yang mengarah pada ancaman resesi. Presiden Joko Widodo sudah empat kali dalam pidatonya menyatakan kewaspadaan dan kesiapan APBN negara dalam menghadapi gejolak ekonomi.

Situasi global yang tidak menyenangkan tersebut memaksa Presiden Joko Widodo untuk mengerahkan semua aparatur negara agar tidak belanja keuanga negara dengan sembarangan dan selalu membeli produk lokal milik Indonesia, secara lebih lanjut menteri keuangan Indonesia Sri Mulyani sudah mengingatkan dampak resesi pada ekonomi Indonesia akan terlihat pada lemahnya roda perekonomian masyarakat dan negara.

Mampu saya katakan Indonesia bukan satu-satunya negara yang merasakan kerugian tersebut, ada banyak negara tingkat kemampuan menengah dan kecil juga ikut dirugikan akan situasi ini. Karena terbatas dengan pengaruh tersebut kita negara lemah tidak dapat menekan kekuatan negara besar yang berperang dan menimbulkan dampak besar secara global, negara yang minim dengan kekuatan akan sulit untuk melobi negara besar apalagi jika negara lemah tersebut memiliki ketergantungan dengan negara besar.

Jika kita memikirkan sejenak apakah kemudian yang dapat dan harus dilakukan? Apakah jaminannya konsep sistem internasional yang ada dari jaman Yunani kuno dapat di implementasikan pada zaman sekarang, kita semua sadar bahwa Thucydides menggambarkan konflik pada saat itu sangat berbeda dengan kompleksitas situasi dunia pada saat ini.

Mampu saya katakan konsep Balance of Power pernah ada di era modern sebagai penyeimbang kekuatan negara besar di dunia internaisonal, lebih tepatnya tidak saat pada zaman sekarang tapi pada periode perang dingin antara Uni Soviet (Rusia saat ini) dan Amerika Serikat (AS).

Pada periode itu kedua negara besar terlibat dalam konflik perang proxy di negara dunia ketiga untuk memperebutkan pengaruh dan dukungan, konflik besar seperti perang Vietnam, krisis rudal Kuba, dan perang semenanjung Korea menjadi salah satu contoh dari beberapa konflik besar era itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun