Dalam hal pemilihan usaha untuk manajemen pajak adalah usaha perseorangan/orang pribadi. Untuk menjalankan usaha  orang pribadi seseorang tidak perlu izin khusus dalam pendiriannya, karena bukan usaha berbadan hukum.
Usaha perorangan yang tidak berbadan hukum adalah perdagangan/perdagangan usaha kecil, jasa, bengkel, usaha dagang, warnet, dll.
Dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, usaha perseorangan harus:
1. Menggunakan NPWP orang pribadi, yaitu pemilik yang sebenarnya dari usaha tersebut untuk keperluan perpajakan.
2.Pengusaha wajib pajak melaksanakan pembukuan dalam menjalankan kegiatan usahanya, namun dalam hal peredaran usaha dalam satu tahun pajak tidak boleh dari 4,8 millyar, pengusaha boleh tidak melakukan pembukuan, namun harus melakukan pencatatan. Dalam menghitung penghasilan neto untuk keperluan perpajakan, pengusaha menggunakan norma perhitungan penghasilan neto yang diatur dalam pasal 14 UU PPh dan peraturan Ditjen Pajak nomor PER-17/PJ/2015
3. Selain boleh dikurangkan dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan sesuai dengan ketentuan UU PPh, pengusaha juga boleh mengurangkan penghasilan netonya dengan penghasilan tidak kena pajak ( PTKP) yang dhitung berdasarkan tarif progressif. Ketentuan mengenai Penghasilan Tidak Kena Pajak  diatur dalam pasal 7 UU PPh.
4. Apabila usaha yang dilakukan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomoer 23 tahun 2018/penggati peraturan pemerintah ( PP) nomor 46 tauhn 2013. Bagi pengusaha yang dalam satu tahun peredaran usaha tidak lebih dari 4,8 Millyar dalam satu tahun tahun pajak, maka tarifnya 0,5% dari penghasilan bruto.
Perseroan terbatas
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pengenaan pajak perseroan terbatas dikenakan pada net income sebelum pembagian deviden kepada pemegang saham, tarif yang pajak yang dikenakan yaitu sebesar 25% dari laba bersih.
Berikut ilustrasi atas pajak penghasilan PT
Omset tahun 2019 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Rp. 50.000.000