Dia terdiam, seperti sedang memikirkan suatu hal. Mungkin aku salah? "Eum, maaf ya, tidak seharusnya aku berkata seperti itu padamu"
"Tidak masalah, terima kasih sudah menyadarkanku. Dia meninggalkanku demi lelaki lain. Katanya, aku ini terlalu baik buat dia. Alasan yang sangat klise, aku juga sadar diri kok, aku kurang segalanya. Jadi, aku bahagia melihatnya bersama seseorang yang dapat membuatnya bahagia"
"Omong kosong" tukasku begitu saja.
"Kalau kamu bahagia melihat dia bersama yang lain, mana mungkin hatimu akan sehancur ini. Kalau kamu bahagia, jiwamu tak akan mati. Jangan membohongi diri sendiri! Aku tidak memaksamu untuk terlihat baik-baik saja! Lain kali, kamu harus mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk jatuh cinta pada manusia lain. Toh seharusnya kamu sadar, jika kamu memutuskan untuk jatuh hati dan berharap pada manusia, patah hati adalah resiko terbesarmu. Kamu hanya mau bahagianya, tapi kamu tidak siap pada resikonya, payah!"
Dia kembali terdiam, mungkin dia memerlukan waktu untuk mencerna setiap perkataanku. Kami kembali saling terdiam, aku masih menunggunya untuk membalas semua perkataanku. Atau mungkin aku salah mengatakan semua itu?
"Ya, kamu benar. Seharusnya aku tidak menggantungkan kebahagiaanku padanya"
Aku tersenyum mendapati perkataanya. Ternyata ia masih mampu berpikir dengan waras. Aku kira, setiap orang yang patah hati tidak mampu berpikir dengan jernih. Kami saling beradu pandang, kali ini aku melihat secercah harapan untuk kembali melanjutkan hidup.
"Terima kasih ya sudah mau bercerita padaku. Aku harap setelah ini keadaanmu kembali membaik"
Aku mengambil lentera di sisinya. Memberikan sedikit minyak tanah dan api agar lenteranya kembali berfungsi untuk menemaninya di kegelapan ini. Dia memberikan tatapan protes melihat aksiku. Kenapa? bukankah seharusnya ia senang karena sudah ada cahaya?
"Kenapa dinyalakan? Aku sengaja mematikannya. Aku hanya ingin ada aku dan kegelapan dalam hidupku" ucapnya dipenuhi dengan protes.
"Dasar manusia tidak bersyukur! Sudah saatnya kamu kembali hidup. Ku beri cahaya agar kamu bisa menemukan jalan pulangmu tanpa tersesat."