Mohon tunggu...
Rosyida Putri Amila
Rosyida Putri Amila Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang Lethologica

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Kisah Ingin Pulang

12 September 2023   19:31 Diperbarui: 12 September 2023   19:44 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami bersalaman, dan si perempuan itu turun dari kereta kencananya. Widih, udah kaya tuan putri aja. Maksudku turun dari motor Supra X milik bapaknya.

Namanya Hannah. Perempuan berjilbab panjang dan bercadar. Sungguh jauh dari perempuan-perempuan yang sebelumnya kulihat. Sumpah aku jadi canggung. Ini sudah diluar dugong *ralat, diluar dugaan.

Dengan sopan dan anggun ala perempuan sholihah, ia bilang jika ia menurut saja pada bapaknya, soal perjodohan itu. Begitupun aku. Kedua bapak ini menghembuskan nafas panjang seolah memiliki jalan besar untuk berbesan.

#

Diperjalanan pulang, bapak mengambil alih kendali motorku. Batuk batuk ini semakin tidak terkendali.

"Le, sesok diperiksakne yo, watukmu wis nemen." Sudah sebulan aku batuk tanpa dahak. Sering bangun tengah malam karena batuk dan berkali-kali sampai mau muntah. Gatal di tenggorokan seperti baru menelan ulat bulu. Akibatnya dada terasa sesak, dan berat badanku sebulan menurun drastis.

Bukannya aku tidak mau diperiksa. Tapi aku takut dengan hasilnya.

#

Singkat cerita, kisahku berhenti di rumah sakit. Perjodohan itu tidak dilanjutkan karena aku dinyatakan terkena TBC. Perlu perawatan dan rutin mengonsumsi obat dalam jangka waktu yang panjang. Tidak tega rasanya, membiarkan perempuan itu tergantung tanpa kejelasan dari penyakit ini. Aku baru ingat. Ternyata TBC ini tertular dari teman sekamarku saat di kontrakan dulu, sebelum memiliki rumah sendiri.

Kunikmati akhir-akhir perjalanan ini dengan bahagia. Dulu guruku pernah bilang, bahwa ada orang-orang yang sebelum berpulang, mereka merasakan hawanya. Mungkin hawa itulah yang saat ini kurasakan. Kupegang erat tangan ibuku yang menahan tangisnya, juga bapak dan mbah kakung yang setia dengan tasbih serta yasin di tangan kanannya.  

"Njenegan dongakne padang dalan kulo nggeh, Pak." Ucapku pada beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun