Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Cerpen pertamanya: Bentuk Sebuah Barokah memenangkan lomba cerpen se-kabupaten tingkat santri. Cerpennya: Putri Kuning memenangkan lomba cerpen nasional tingkat mahasiswa. Cerpennya: Mengapa Perempuan Itu Melajang terbit di media nasional Kompas.id (Rabu, 16 Oktober 2024). Cerpennya: Hutan Larangan Cak Badrun terbit di Instagram Cerpen Sastra. Tiga kali juara sayembara cerpen di Kompasiana yang diadakan Pulpen. Penikmat sastra (novel; cerpen; esai). Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Pengamen

11 November 2024   18:53 Diperbarui: 11 November 2024   18:53 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Emak dan bapaknya hanya guru honorer yang gaji saban bulannya sedikit. Padahal, keduanya punya tiga anak. Sering penghasilan itu tak mencukupi kebutuhan yang kian hari kian menanjak. Maka, keduanya pun kerap berutang. Ketika Suparto, si sulung berencana merantau, keduanya bersyukur.

 "Hanya sekarang ini saja, Mak, Pak, aku minta uang banyak. Setelahnya tak lagi. Aku sudah menghubungi Paman yang akan menampungku sementara di kota."

***

 Selepas lulus SMA, Pras masuk sekolah musik. Meski ia bakat menyanyi dan memainkan alat musik, tapi ia perlu menimba ilmu musik selama dua tahun di kelas itu. Tentu ia bukan hanya mendapat ilmu, melainkan juga selembar sertifikat. Selembar kertas itulah yang kemudian memudahkannya jadi pengamen jalanan: seniman jalanan yang resmi.

 Sebelum masuk sekolah itu, Pras ikut salah satu ajang pencarian bakat penyanyi muda. Ia memeluk cita-citanya jadi seniman musik sejak kecil. Tapi, sayang sekali di ajang itu, ia hanya masuk peringkat sepuluh. Dari kemurungan wajahnya seusai gagal, ayah dan ibunya yang kemudian mendorong Pras untuk mendaftar sekolah musik.

 "Kau perlu lebih banyak belajar lagi." Kata ayahnya. Pras mengangguk. Ia begitu semangat di hari-hari bersekolah. 

 Satu-satunya hal yang bikin ayah dan ibu Pras yakin dengan anak sulungnya, karena ia punya obsesi pada musik yang bukan main sejak kecil. Makin dewasa umurnya, makin berkembang bakat bermusiknya. Tak ayal dan tak akan merugi bagi keduanya, ketika membelikan Pras gitar, biola, dan harpa---ia demikian menggilai tiga alat musik itu. Keduanya juga mengizinkan Pras memajang poster-poster penyanyi idamannya di dinding kamarnya.

 "Setidaknya dengan sekolah musik, suatu saat kau bisa menjadi guru musik." Kata ibunya. 

 "Ya, Bu. Apapun itu, aku akan hidup dari musik."

***

 Ke sana kemari Suparto mengirim email untuk melamar pekerjaan. Tak satu pun berbalas. Tak semudah yang dibayangkan mencari kerja di kota, pikirnya. Dia berpikir, barangkali kalau sekolah empat tahun lagi untuk menamatkan kuliah, jadi lebih mudah diterima bekerja. Tapi, faktanya belum tentu. Dia punya beberapa kawan yang sarjana, masih sulit mencari pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun