Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Pembaca sastra (novel; cerpen; esai), pendengar kajian filsafat dan musik, penonton kearifan lokal; sepak bola timnas Indonesia; kartun, pemain game Mobile Legends. Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kupu-kupu Biru

17 Agustus 2024   15:34 Diperbarui: 17 Agustus 2024   16:49 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewi Sri memahami geliat ketidaksepakatan itu. 

Dia menjauhiku kala itu. Aku berharap dia hadir dalam wisudaku S1. Tapi, dirinya sama sekali tak muncul. Katanya, dia malu bertemu keluargaku. Dan, aku terus berharap dia kembali hadir dalam hidupku. Mengisi kekosongan cintaku. Pada wisudaku S2, lagi-lagi dia tak datang. 

Maka, tanpa cinta, dengan terpaksa, aku menyetujui perjodohan yang ditetapkan keluargaku dengan orang serumpun bernama Sekar Dara. Ya, aku akui Dewi Sri sebenarnya kalah cantik ketimbang Sekar Dara. Kulit Dewi Sri agak gelap. Sementara, kulit Sekar Dara putih. Bukan hanya itu, dari banyak sisi, kecantikan Sekar Dara melebihi Dewi Sri. 

Namun, meski begitu, sampai sekarang, sampai mempunyai tiga anak, Sekar Dara belum memekarkan cinta di hatiku. Kasih sayang yang aku berikan selama ini sebatas kepalsuan; aku bersembunyi di balik topeng kemunafikan.  

Lamunanku lamur. Ini saatnya masuk kelas. Dosen perempuan muda menyapa dan mengajakku mengobrol. Demi menjaga kesopanan, aku meladeninya. Sekonyong-konyong sesuatu di dalam perutku bergemuruh bagai ombak. Aku merasa mual. Aku pamit padanya, bergegas ke kamar mandi, lalu berjongkok sambil muntah-muntah.

Kemudian, cepat-cepat aku mengambil tas laptop di kantor, lalu masuk ke dalam kelas. Para mahasiswa aku perintah membaca doa. Aku membuka laptop. Aku berdiri di hadapan mereka. Ketika memandang deretan mahasiswa perempuan, aku tak sanggup melanjutkan bicara. 

Sesuatu dalam perutku memukul-mukul. Ada yang bergelegak di sana. Hendak melesak keluar. 

Syahdan, aku muntah-muntah di depan mereka.      

Kemudian, aku pulang. Izin mengajar hari ini. Dan, aku sepenuhnya meringkuk di atas kasur—istirahat.

***

Tubuhku moksa; menjelma kupu-kupu yang memendarkan cahaya kuning. Aku mengepakkan sayap. Mengejar kupu-kupu biru yang terbang menuju sungai anggur merah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun