Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Cerpen pertamanya: Bentuk Sebuah Barokah memenangkan lomba cerpen se-kabupaten tingkat santri. Cerpennya: Putri Kuning memenangkan lomba cerpen nasional tingkat mahasiswa. Cerpennya: Mengapa Perempuan Itu Melajang terbit di media nasional Kompas.id (Rabu, 16 Oktober 2024). Cerpennya: Hutan Larangan Cak Badrun terbit di Instagram Cerpen Sastra. Tiga kali juara sayembara cerpen di Kompasiana yang diadakan Pulpen. Penikmat sastra (novel; cerpen; esai). Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagaimana Cerpen Bagus yang Semestinya Kita Tuliskan?

20 Juli 2024   13:28 Diperbarui: 20 Juli 2024   13:43 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis (termasuk cerpen) bukanlah pelajaran yang bisa dikuasai beberapa kali duduk di ruang seminar tips-tips menulis. Menulis bukanlah pelajaran sesaat, tapi pelajaran seumur hidup. Seorang penulis harus terus belajar seumur hidup untuk dapat menghasilkan karya luar biasa. 

Menulis juga merupakan hasil dari pengaruh membaca. Pengaruh dan yang dipengaruhi itu berkelindan dalam dunia kepenulisan karya. Semua sastrawan besar, adalah manusia yang sangat getol membaca, bukan hanya menulis saja. 

Taruhlah contoh Chairil Anwar mengapa begitu luar biasa puisi-puisinya sampai menjadi Pelopor Angkatan 45? Karena Chairi Anwar membaca sajak-sajak R.M Rilke (Jerman), H. Marsman (Belanda), E. du Perron (Belanda), J. Slauerhoff (Belanda) dan sebagainya. Atau contoh Pramoedya Ananta Toer yang terpengaruh Maxim Gorky, John Ernest Steinbeck, dan lainnya. 

Saya ungkapkan dua contoh lagi! 

Pertama, Budi Darma dalam karyanya Olenka. Pada halaman terakhir kita bisa melihat 54 referensi dari tulisan Olenka-nya yang sebagian besar diambil dari kayra para sastrawan dunia. Ini menunjukkan betapa banyaknya Budi Darma membaca. 

Kedua, Eka Kurniawan yang banyak menulis esai, jurnal, atau catatan pribadi tentang komentarnya yang dia tulis soal beragam karya yang dia baca. Saat saya membaca tulisan-tulisan Eka Kurniawan itu, saya berpikir: bahwa sudah banyak sekali karya sastrawan dunia yang dia baca sehingga saya tak heran kalau karya sastra yang dia ciptakan tentu bermutu (meski penilaian ini subjektif menurut saya, tapi setidaknya menurut ukuran banyak orang sebagaimana yang saya sampaikan soal karya Eka Kurniawan dengan bukti beragam menerima penghargaan sastra skala nasional atau internasional).   

Masih banyak contoh sastrawan lainnya yang terpengaruh dari hasil mereka membaca karya sastra sastrawan lain, atau hasil membaca apapun yang dapat memperkayanya dalam menulis (termasuk cerpen) seperti berita, jurnal, artikel, esai, atau buku biografi, sejarah, politik, budaya, ekonomi, sosial, filsafat, psikologi, dan buku-buku yang membahas tema lainnya.

Saya tidak perlu menyimpulkan, karena saya yakin pembaca dapat menyimpulkan oret-oretan saya ini. Saya hanya katakan: jika ingin menciptakan karya cerpen yang bagus, maka perbanyaklah membaca cerpen-cerpen dari berbagai sastrawan! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun