Menulis (termasuk cerpen) bukanlah pelajaran yang bisa dikuasai beberapa kali duduk di ruang seminar tips-tips menulis. Menulis bukanlah pelajaran sesaat, tapi pelajaran seumur hidup. Seorang penulis harus terus belajar seumur hidup untuk dapat menghasilkan karya luar biasa.Â
Menulis juga merupakan hasil dari pengaruh membaca. Pengaruh dan yang dipengaruhi itu berkelindan dalam dunia kepenulisan karya. Semua sastrawan besar, adalah manusia yang sangat getol membaca, bukan hanya menulis saja.Â
Taruhlah contoh Chairil Anwar mengapa begitu luar biasa puisi-puisinya sampai menjadi Pelopor Angkatan 45? Karena Chairi Anwar membaca sajak-sajak R.M Rilke (Jerman), H. Marsman (Belanda), E. du Perron (Belanda), J. Slauerhoff (Belanda) dan sebagainya. Atau contoh Pramoedya Ananta Toer yang terpengaruh Maxim Gorky, John Ernest Steinbeck, dan lainnya.Â
Saya ungkapkan dua contoh lagi!Â
Pertama, Budi Darma dalam karyanya Olenka. Pada halaman terakhir kita bisa melihat 54 referensi dari tulisan Olenka-nya yang sebagian besar diambil dari kayra para sastrawan dunia. Ini menunjukkan betapa banyaknya Budi Darma membaca.Â
Kedua, Eka Kurniawan yang banyak menulis esai, jurnal, atau catatan pribadi tentang komentarnya yang dia tulis soal beragam karya yang dia baca. Saat saya membaca tulisan-tulisan Eka Kurniawan itu, saya berpikir: bahwa sudah banyak sekali karya sastrawan dunia yang dia baca sehingga saya tak heran kalau karya sastra yang dia ciptakan tentu bermutu (meski penilaian ini subjektif menurut saya, tapi setidaknya menurut ukuran banyak orang sebagaimana yang saya sampaikan soal karya Eka Kurniawan dengan bukti beragam menerima penghargaan sastra skala nasional atau internasional). Â
Masih banyak contoh sastrawan lainnya yang terpengaruh dari hasil mereka membaca karya sastra sastrawan lain, atau hasil membaca apapun yang dapat memperkayanya dalam menulis (termasuk cerpen) seperti berita, jurnal, artikel, esai, atau buku biografi, sejarah, politik, budaya, ekonomi, sosial, filsafat, psikologi, dan buku-buku yang membahas tema lainnya.
Saya tidak perlu menyimpulkan, karena saya yakin pembaca dapat menyimpulkan oret-oretan saya ini. Saya hanya katakan: jika ingin menciptakan karya cerpen yang bagus, maka perbanyaklah membaca cerpen-cerpen dari berbagai sastrawan!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H