Jordan masih berdiri di sana, di depan pintu kamar mandi yang dia tutup. Malam Jum'at menguarkan aroma seram. Udara berkesiur ganjil. Bulu kuduknya tegak berdiri. Detak jantungnya berpacu: deg, deg, deg, deg.
Satu, dua, tiga, empat, lima. Detik demi detik bergerak. Jantungnya semakin kencang berbunyi. Detik ke enam, seruas telapak tangan menyentuh pundak Jordan. Selayang ingatannya, hanya dia sendiri penghuni rumah dan tidak ada seorang pun berkunjung sejak tadi. Kepalanya menengok ke belakang lalu tersibak suaranya menyobek malam yang sepi.
"Haaaaahhhhhkkk!"
****
"Namamu Zhao Nio?" Tanya Jordan.
"Iya, benar." Jawab perempuan yang diajaknya mengobrol.
"Baik. Aku panggil kamu, Sonia. Lebih mudah untuk lidahku."
"Terserah kamu."
Untuk pertama kalinya Jordan terjebak labirin asmara. Dia tidak kuasa keluar dari sana. Di masa berseragam putih abu-abu. Terjebak oleh Zhao Nio yang keturunan (ibunya) Mandarin dan (ayahnya) Indonesia. Zhao Nio mewarisi wajah bulat serta kulit putih mulus ibunya dan matanya tidak sipit seperti ayahnya. Cantik betul.
"Maukah kamu jadi pacarku?"
Beberapa lelaki hendak menjadikan Zhao Nio pacar, tetapi tidak ada satu pun diterima. Dia selalu punya alasan buat menolak, seperti pada lelaki Islam. Zhao Nio menolaknya, karena alasan berbeda agama.